AJJ 2013 merupakan bagian dari Pesta Media 2013 yang mengangkat tema "Tetap Independen, Tidak Partisan", yang digelar di Galeri Nasional, Jakarta. Lima karya jurnalistik tersebut mewakil kategori media cetak, online, radio, televisi, dan foto.
Karya jurnalistik dari mingguan Mingguan Kontan memenangi kriteria media cetak. Judul karya itu adalah "Arisan Kenaikan Harga, Kelangkaan Bawang dan Carut Marut Tata Niaga Komoditas", yang ditulis oleh Arief Ardiansyah, Anastasia Lilin Yuliantina, dan Andri Indradie.
Adapun kategori media online dimenangkan oleh Republika Online dengan tulisan "Kondisi Citarum di Hulu dan Hilir" karya Erik Purnama Putra. Sementara itu, kategori radio dimenangi reportase "Perjuangan Bidan Bergaji Rp 15 Ribu" karya Yudi Rahman dari Kantor Berita Radio (KBR) 68 H.
Untuk kategori televisi, reportase "Menanti Aksi Pemerintah di Geylang" karya Monique Rijkers dari Metro TV menjadi pemenang AJJ 2013. Sementara itu, kategori foto dimenangkan oleh Fransiskus P Simbolon dari Harian Kontan, dengan judul foto "Emma Menjemput Mimpi di Ibukota".
Juri AJJ 2013 adalah Wenseslaus Manggut, Redaktur Pelaksana Viva.co.id, untuk kategori media cetak dan online. Sementara itu, juri kategori televisi adalah Eddy Suprapto, Wapemred RCTI. Adapun juri kategori radio adalah Margiyono, pendiri Indonesia Online Advocacy, dan juri kategori foto adalah Arbain Rambey dari Kompas.
Kriteria penentuan pemenang AJJ 2013 adalah manfaat publik, kemampuan menggali data di lapangan, menembus narasumber yang tepat, orisinalitas, penulisan atau penyajian serta bahasa yang digunakan, dan etika jurnalistik. AJJ 2013 diikuti 71 karya. Perhelatan ini digelar tiap tahun sejak 2002, dengan tujuan mendorong para jurnalis dan media untuk meningkatkan kualitas karya yang memberi manfaat publik.
Komentar juri
Menurut para juri, sejumlah karya yang dikirimkan ke AJJ 2013 secara umum sudah bagus. "Namun, pengambilan tema, angle berita dan obyek foto belum ada yang baru. Semua masih bermain dalam isu-isu lama, meskipun manfaatnya untuk publik juga dinilai penting," kata Wenseslaus Manggut.
Sebagian besar karya yang didaftarkan, tambah Wenseslaus, sudah mengedepankan investigasi dan laporan mendalam. Namun, menurutnya, sebagian besar masih mengandalkan penggalian data dari internet. "Penting menilai kemampuan reporter menggali data langsung di lapangan, menelusuri apa yang terjadi di lapangan, dan menginformasikan kepada publik secara lengkap," tegas dia.
Selain itu, lanjut Wenseslaus, kerap kali tulisan mengabaikan verifikasi dari para pihak terkait. "Padahal info dan data penting mungkin bisa diperoleh dari hasil verifikasi tersebut," imbuh dia.
Dari kategori foto, Arbain Rambey menilai secara umum karya foto yang mengikuti AJJ 2013 sudah bagus. "Namun masih kalah kualitasnya dibandingkan karya foto yang masuk 5-6 tahun lalu untuk lomba yang sama," ujar dia. Salah satu kritik paling mendasar yang dia lontarkan adalah untuk pilihan obyek gambar yang berkutat di persoalan banjir dan kemacetan Jakarta yang sudah umum.
"Mungkin mereka para fotografer tidak mempunyai waktu khusus untuk hunting obyek yang bagus, sebab kemampuan mencari obyek gambar yang bagus itu butuh kejelian," kata Arbain Rambey. Ia menilai internet telah mempengaruhi kualitas karya fotografer sehingga hanya ingin mengambil obyek yang umum.