Menurut Tri, seorang pedagang celana panjang, saat Ramadhan merupakan musim panen PKL. Jika dipaksa masuk ke Blok G, PKL akan mengalami penurunan omzet yang berdampak pada kerugian.
"Enggak mau (dipindahkan ke Blok G), soalnya deket Lebaran. Sayanglah," ujar Tri (38) saat dijumpai Kompas.com di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (16/7/2013).
Jika PKL ditata sehabis Lebaran, Tri mengaku siap direlokasi masuk ke Blok G. Bahkan, jika harus membayar saat mengambil kunci, dia pun bersedia.
"Ya, Rp 3 juta-Rp 4 jutalah. Itu maksimal (harga) yang bisa dibayar pedagang," ucap Tri. Menurutnya, pada 2005, pedagang yang direlokasi ke Blok G harus membayar uang ambil kunci Rp 1,5 juta.
Hermansyah (43), pedagang pakaian anak, juga mengaku siap mendukung program penertiban PKL oleh Pemprov DKI. Hanya, sama dengan Tri, dia meminta penataan PKL dilakukan sehabis Lebaran.
"Kalau inisiatif ditata sama Jokowi, ya habis Lebaran. Mungkin ini bisa jadi solusinya (mengatasi kemacetan). Cuma, bagaimana pendekatan ke pedagangnya," imbuh Hermansyah.
Menurutnya, memindahkan PKL ke Blok G di tengah meningkatnya pembelian masyarakat jelang Lebaran adalah keputusan yang tergesa-gesa. Pemprov DKI Jakarta diminta bersabar setidaknya sampai Lebaran usai sembari membenahi Blok G yang di mata pedagang terkenal dengan sebutan "blok mati".
"Kalau saat ini terlalu cepat ambil keputusan," kata Hermansyah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.