Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang: Masak Pak Jokowi Enggak Bisa Tertibkan PKL?

Kompas.com - 17/07/2013, 16:40 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pedagang Blok G Pasar Tanah Abang menilai pemerintah kurang ketat mengatasi masalah pedagang kaki lima (PKL). Dari kacamata pedagang, pemerintah kalah dari preman.

"Kalau orang (pengelola) pasar tidak bisa, kan ada yang lebih tinggi. Termasuk Pak Jokowi, masak suruh menertibkan enggak bisa," kata Abdul (61), pedagang Blok G Lantai 2, Tanah Abang, Jakarta Pusat, kepada Kompas.com, Rabu (17/7/2013).

Pria asal Pekalongan yang sudah 20 tahun berdagang ini mengatakan, jumlah PKL mulai menggila sejak dua tahun terakhir. Tahun 2008, para pedagang diperbolehkan menggelar dagangannya di badan jalan, dua bulan sebelum Lebaran.

Namun, sudah dua tahun terakhir ini para pedagang musiman tersebut berubah jadi PKL yang menjamur setiap hari. Setiap tahun jumlahnya semakin banyak dan semakin memadati jalanan di kawasan Tanah Abang. "Karena tidak ada yang melarang, terlalu dibebasin," ujar Abdul.

Abdul bukan tidak mengerti soal berdagang di badan jalan itu melanggar aturan. Namun, ia memastikan aturan hanyalah tetap menjadi aturan, jika tidak ada sanksi tegas. Ia merasa heran dengan kebijakan pemerintah yang memperbolehkan PKL berjualan mulai pukul 10.00.

"Tadinya bersih itu (jalan). Ya, memang dari DKI ada mobil Satpol PP yang berjaga, (tetapi) pedagang boleh buka entar jam 10.00, he-he-he," kata Abdul setengah berbisik.

Ia sendiri tidak tahu mengapa PKL diperbolehkan menggelar lapaknya sejak pagi hari. Menurutnya, pemerintah seharusnya punya rencana jauh-jauh hari untuk sosialisasi relokasi PKL sehingga pada bulan Ramadhan, PKL bisa menempati kios yang disediakan.

Namun, karena pemerintah terlambat melakukan relokasi, sebagai sesama pedagang, ia pun mengaku sayang jika harus pindah lokasi. Apalagi sebagian PKL itu memperoleh modal usahanya dari utang.

"Kalau mau pembersihan, habis Lebaran total-tal. Kalau sekarang berani mati deh, urusannya buat anak-cucu. Dengar rencana relokasi, mereka sudah panik, bisa perang," ujarnya.

Saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah berupaya memindahkan PKL di Tanah Abang ke Blok G Pasar Tanah Abang. Pemprov DKI memprioritaskan relokasi untuk PKL yang memiliki KTP Jakarta. Adapun PKL yang tak memiliki KTP Jakarta akan diundi untuk menempati lapak yang tersedia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Megapolitan
Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com