Di 10 RW di Kelurahan Cideng, Jakarta Pusat, krisis air bersih dirasakan 6.332 keluarga. Lurah Cideng Samsudin mengimbau warganya untuk menghemat penggunaan air dan terus berupaya berkoordinasi dengan PAM untuk pengadaan air bersih.
"Dalam keadaan darurat seperti ini, kami meminta bantuan warga yang memiliki sumur air tanah dan jet pump agar bersedia berbagi air bersih. Beruntung sebagian besar warga sudah meninggalkan Jakarta sehingga tidak terlalu sulit mengatur warga yang membutuhkan air," katanya, Senin (5/8/2013).
Sebagian besar daerah yang terkena dampak krisis berada di wilayah Jakarta Barat, Pusat, dan Utara. Sementara itu, mulai Senin, Palyja mengalirkan sebagian pasokan air ke wilayah Jakarta Selatan, Utara, Pusat, dan Barat.
Banyak cara yang dilakukan warga selama menghadapi krisis ini. Sebagian membeli air galon untuk keperluan minum, sementara untuk keperluan mandi warga menggunakan air dari pedagang keliling. Sejauh pantauan Kompas, belum banyak yang memanfaatkan layanan distribusi air bersih dari truk tangki yang disediakan PAM Jaya.
Direktur Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Kementerian Kesehatan Wilfried H Purba meminta warga berhati-hati mengonsumsi air yang digunakan. Pada saat krisis seperti ini, kualitas air baku dan air yang beredar kurang baik.
"Namun, warga tetap harus mengonsumsi air yang layak. Kriteria air bersih dapat dilihat dari fisiknya yang tidak berbau, jernih, atau tidak berwarna," ujarnya. (K10/MDN/NDY)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.