BOGOR, KOMPAS.com
- Isak tangis keluarga saat mencoba mengenali jenazah korban kecelakaan menambah suasana duka di Rumah Sakit Paru dr M Goenawan Partowidigdo, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (21/8) malam, kian mencekat. Di ruang jenazah itu dibaringkan 19 jasad lelaki dan perempuan korban kecelakaan PO Giri Indah.

Bus PO Giri Indah terbalik dan terempas ke sungai kecil di Kampung Pesit RT 001 RW 002, Tugu Utara, Cisarua, Rabu sekitar pukul 08.00. Para korban ialah jemaat Gereja Bethel Indonesia (GBI) Rahmat Emmanuel, Jakarta Utara. Kecelakaan terjadi saat rombongan dalam perjalanan pulang seusai mengikuti Doa dan Puasa Ester di Pondok Kapenray, Kota Bunga, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.

Jemaat yang selamat, Sony Purbo, dalam perawatan di RS Paru mengatakan, jalan bus tiba-tiba oleng dan tidak terkendali. Karena jalan menurun dan laju bus kencang, para penumpang berjatuhan ke depan dan saling tindih. Kondisi itu terjadi bahkan hingga bus terempas dengan posisi terbalik.

Sony menjadi merasa amat terpukul kehilangan saudara seiman yang tewas dalam kecelakaan. ”Pak Sony sempat menceritakan sedikit pengalamannya sebelum kecelakaan terjadi,” kata Kepala Unit Lalu Lintas Kepolisian Sektor Cisarua Ajun Komisaris Mashudi.

Dari lokasi kejadian, tim bencana mengangkut 14 korban tewas dan 37 korban luka ke RS Paru. Instalasi Gawat Darurat menjadi amat sibuk. Tim dokter bekerja keras menolong, mengobati, merawat, dan mempertahankan hidup para korban. Namun, luka yang amat berat mungkin tidak sanggup lagi ditanggung oleh pasien. Dalam penanganan, lima orang meninggal dunia.

”Saya turun duluan dengan mobil dan sudah sampai di Jakarta, tetapi segera kembali lagi setelah mendapat telepon para jemaat mengalami kecelakaan,” kata seorang jemaat bernama Yenny di RS Paru.

Yenny mengenang, acara Doa dan Puasa Ester itu rutin diadakan setiap bulan. Acara itu untuk mempererat hubungan jemaat, tetapi tidak disangka, kecelakaan menyambut kepulangan para jemaat.

Di antara air mata yang menetes, terdengar sejumlah anggota keluarga dan kerabat korban berbisik dan melihat ke satu titik. Yakinlah, mereka sedang dan terus berdoa demi keselamatan para korban yang masih dirawat.

Direktur Medik dan Keperawatan RS Paru dr Emil Ibrahim, MARS mengatakan, paramedis bekerja keras untuk mempertahankan hidup pasien yang dirawat. ”Kami tetap berupaya semaksimal mungkin,” katanya.

Para korban yang masih dirawat di RS Paru dan RS Sentra Medika, Cibinong, Kabupaten Bogor, terus berjuang mengatasi rasa sakit akibat luka serta patah tulang di dada, punggung, tangan, atau kaki.

”Semoga jumlah korban tewas tidak bertambah,” kata Kepala Kepolisian Resor Bogor Ajun Komisaris Besar Asep Safrudin.

Menyeberang

Santoso (48), warga Desa Tugu Utara, Cisarua, Kabupaten Bogor, yang rumahnya persis berada di seberang lokasi kejadian mengatakan, dirinya nyaris tertabrak jika tidak cepat menyeberang jalan. Saat kejadian, dia sedang menggendong
keponakannya menyeberang jalan. Saat itulah PO Giri Indah meluncur kencang menabrak mobil bak, kios, dan toko bangunan.

”Mungkin kalau saya tidak menyeberang, saya kena hantam juga. Saya melihat Pak Ajid yang lagi menunggu angkot tertabrak hingga terseret ke dalam jurang,” kata Santoso.

Hamdani (25), warga Kampung Tugu Persit, Desa Tugu Utara, Cisarua, Kabupaten Bogor, yang warung rokoknya hancur mengaku terkejut. Pagi itu, dia sedang memperhatikan Herman yang sedang menurunkan tabung gas ke kiosnya. ”Pas bus itu nabrak, Herman lagi nurunin gas. Dia enggak sempat menghindar, sedangkan Ade, sopir pikap, sempat saya tarik sehingga selamat,” katanya.

Posisi belasan korban tewas dan luka-luka menumpuk di bangku sopir bus Giri Indah dan pintu depan. Kushendar (43), salah satu saksi mata, mengatakan, saat kejadian, dia sedang berada di teras rumahnya yang letaknya persis di lokasi jatuhnya bus maut. ”Korbannya menumpuk di depan bus, di antara bangku sopir dan pintu depan,” ucapnya.

Dia menjelaskan, sebelum terbalik dengan posisi ban di atas, bagian depan bus sempat menimpa mobil bak yang sudah jatuh lebih dulu. ”Posisi bus sempat tegak lurus ke atas pas menimpa mobil bak terus jatuh dengan posisi ban di atas,” katanya.

Saat posisi bus tegak lurus, semua penumpang menumpuk di depan bus sehingga banyak penumpang yang tewas akibat tergencet badan bus dan penumpang lainnya. ”Saya sempat mengeluarkan 13 penumpang yang semuanya sudah tewas,” kata Kushendar, yang juga orangtua Hamdani.

Menurut dia, kondisi jenazah saat dievakuasi cukup mengenaskan. Ssebagian besar korban tewas karena terjepit badan bus, mengalami luka di kepala, dan patah tulang.

Kebingungan

Di Kelapa Gading, Jakarta Utara, anggota keluarga, teman, dan pengurus gereja hilir mudik mendatangi sekretariat GBI Rahmat Emmanuel. Raut sedih dan bingung tampak dari mereka yang datang, termasuk Yanti (32) yang bermaksud mengecek nasib ibunya, Evlin Tampi.

”Kemarin, kakak telepon Ibu (Evlin Tampi). Beliau bilang ikut Doa dan Puasa Ester dan pagi ini mau pulang. Saat dengar kabar kecelakaan itu, kami cemas Ibu jadi korban. Sampai siang ini belum dapat informasi yang jelas,” kata Yanti.

Adi Marbun (23) dan Yerison Mbuik (25) dari tim pelayanan GBI Rahmat Emmanuel meminta nomor telepon Yanti. ”Kami akan sampaikan setiap informasi yang kami terima kepada anggota keluarga. Ada banyak orang yang menghubungi kami untuk menanyakan kondisi keluarganya,” kata Adi.

Hanya beberapa menit sejak Yanti meninggalkan sekretariat, datang Erick Soplanit (31) mengecek nasib Ginokon Sihotang, salah satu peserta Doa dan Puasa Ester yang satu gereja dengan Erick. Dengan tergesa-gesa, dia mendatangi Adi dan menanyakan kondisi Ginokon. Namun, dia tak mendapat informasi yang dia harapkan.

”Keluarga (Ginokon) di Jalan Buaran, Jatinegara, Jakarta Timur, belum tahu kondisi Bapak. Mereka terus memantau berita, mengecek informasi di gereja, dan mencoba menghubungi nomor teleponnya. Namun, panggilan telepon tak dijawab,” kata Erick.

Adi berulang menyampaikan permohonan maafnya. ”Kami belum mendapatkan informasi resmi nama-nama korban, tetapi kami akan sampaikan setiap informasi yang masuk ke kami kepada bapak/ibu,” kata Adi. (mkn/win/bro/k10/k08)