Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metromini dan Kopaja, Menanti Skenario Pilihan...

Kompas.com - 02/09/2013, 07:46 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Revitalisasi bus ukuran sedang atau lebih dikenal sebagai metromini dan kopaja adalah salah satu janji Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Apakah dapat terwujud dalam waktu dekat? Fakta yang ada sekarang, beragam persoalan menghadang, meski perwujudan janji itu tetap bukan kemustahilan.

Ketidaksiapan sistem adalah persoalan yang membuat warga Jakarta masih harus bersabar menanti "wajah baru" metromini dan kopaja. Mengharapkan perbaikan datang dari pemilik kedua jenis armada angkutan tersebut sepertinya terlalu berlebihan.

Dari sisi kepengurusan, dua jenis armada bus itu diketahui adalah milik perorangan dengan kepengurusan yang tak tersentral. PT Metro Mini dibelit konflik manajemen yang membuat para pemilik kendaraan tak punya induk dan bergerak sendiri-sendiri. Jangan tanya soal pengawasan operasional karena jawabannya adalah tidak ada.

Maka, tak heran bila kerap dijumpai bus-bus tak laik jalan ada di jalanan. Tak ada spidometer, bangku yang berkarat, kaca pecah ditambal seadanya, knalpot mengepulkan "kabut" hitam pekat, dan sebagainya.

Sopir dan kernet pun tak punya standardisasi sehingga sudah dianggap hal biasa menjumpai sopir ugal-ugalan melajukan kendaraan, berhenti dan menaikturunkan penumpang dengan sembarangan, ataupun melanggar beragam rambu dan peraturan lalu lintas. Korban jiwa dari kecelakaan yang melibatkan bus metromini dan kopaja sudah berjatuhan.

Kondisi ini telah menggerakkan Jokowi memerintahkan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk menindak bus tak laik jalan. Mulai dari 25 Juli sampai 28 Agustus 2013, 243 bus pun ditindak. Rinciannya, 160 metromini dan 80 kopaja dibuatkan berita acara pemeriksaan, serta 180 metromini dan 27 kopaja dilarang kembali ke jalan.

"Dari jumlah (kendaraan yang ditindak) itu, 52 bus dikeluarkan dengan menandatangani pernyataan akan memperbaiki bus," kata Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo. Jumlah itu terdiri atas 28 unit metromini dan 14 kopaja.

Namun, tanggapan lebih besar datang berupa demonstrasi para awak bus yang terkena penindakan. Sepanjang Jumat (30/8/2013), para sopir dan kernet bus berunjuk rasa di depan kantor Jokowi dan Basuki. Mereka berpendapat, penyitaan bus dalam penindakan itu adalah tindakan sewenang-wenang.

Apa respons Jokowi atas demonstrasi ini? "Kalau busnya bisa diperbaiki, kalau keselamatan penumpang terjamin, silakan keluarkan semua," kata Jokowi.

Menunggu PPD

Sebuah rancangan revitalisasi sebenarnya sudah disiapkan di DKI. Ada dua skema dalam rancangan tersebut. Pertama, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membeli bus baru dan melebur dua operator bus berukuran sedang tersebut. Kedua, operator membeli armada baru yang kemudian menjadi investasi di wadah baru bentukan Pemprov DKI.

Sejauh ini, Pemprov DKI lebih memilih opsi pertama. Seribu armada metromini sedang dijajaki untuk dibeli, dengan proses lelang sekarang berjalan dan ditargetkan bus sudah datang pada akhir 2013. Sementara untuk skema kedua, belum ada tanda-tanda kesediaan dari operator untuk membeli bus baru.

Skema mana pun yang bakal terwujud, PPD akan menjadi wadahnya. Kependekan dari Pengangkutan Penumpang Djakarta, PPD pada awal mula keberadaannya adalah perusahaan milik negara, yang seiring waktu jatuh bangun dan sama memprihatinkannya seperti metromini dan kopaja hari ini.

"Kepemilikan armada bus itu perorangan, tapi menginduk ke PPD manajemennya. Tidak seperti sekarang ini semua jadi pemilik, ngaturnya gimana, ngontrolnya gimana, susah pasti. Begitu juga sopirnya tinggal pindah ke yang baru, " ujar Jokowi.

Namun, sekarang PPD pun masih menunggu proses hibah kepemilikan dari pemerintah pusat kepada Pemprov DKI. Terlaksana atau tidaknya pengalihan pengelolaan perusahaan ini tergantung pada kebijakan Menteri BUMN, yang itu tak bisa dipastikan kapan terlaksana.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Megapolitan
Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Megapolitan
Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Megapolitan
Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Megapolitan
Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Megapolitan
Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Megapolitan
Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Megapolitan
Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Megapolitan
Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Megapolitan
Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Megapolitan
Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com