Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/09/2013, 08:53 WIB
Penulis Alsadad Rudi
|
EditorLaksono Hari Wiwoho

"Memangnya di sini Texas, di abad sembilan belas, yang berisi koboi-koboi mabok, liar dan hukum ditonjok, saling menendang saling menerjang, adu kuasa adu senjata. Dor!"

Begitulah penggalan lirik yang diciptakan grup band Slank dalam lagu yang berjudul "Piss". Lagu tersebut sepertinya cocok untuk situasi Jakarta dan sekitarnya belakangan ini. Deretan aksi teror dengan senjata, baik yang sudah menimbulkan korban maupun yang sekadar mengancam, terjadi tidak sampai dalam dua belakangan ini.

Selasa (3/9/2013) kemarin di sebuah SPBU di kawasan BSD, Serpong, Tangerang Selatan, seorang jaksa berinisial MP mengancam seorang petugas SPBU setempat dengan pistol. Yang lebih miris, MP mengancam gara-gara hal sepele. Petugas SPBU bernama Priatna memintanya memutar mobil karena posisi mobilnya tidak pas sehingga selang pengisian jauh dari tangki mobil.

"Karena terlapor (MP) diminta memutar mobilnya, terjadi percekcokan, kemudian diselesaikan di kantor SPBU. Terlapor mengeluarkan senjata yang diletakkan di meja sehingga pelapor jatuh pingsan," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Selasa (3/9/2013).

Apa yang dilakukan MP tentu saja menambah panjang deretan teror dengan senjata, baik yang diduga menggunakan senjata api asli, rakitan, maupun air gun. Sebelum kasus tersebut, sudah ada sejumlah teror bersenjata di Jakarta dan sekitarnya. Berikut ini kasus-kasus penggunaan senjata dalam dua bulan terakhir di Jakarta dan sekitarnya.

  • Penembakan seorang anggota polisi, Aipda Patah Saktiyono, di Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (27/7/2013). Patah mengalami luka tembak di dada dan untungnya jiwanya selamat.
  • Penembakan seorang anggota polisi, Aiptu Dwiyatno, di Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (7/8/2013). Dwiyatno ditembak di bagian kepala dan nyawanya tak terselamatkan.
  • Penembakan halte transjakarta Cawang Cikoko, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (9/8/2013) dini hari. Akibatnya, kaca halte pecah.
  • Penembakan halte transjakarta Gedung Indomobil, Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Jumat (9/8/2013). Akibatnya, kaca halte pecah.
  • Penembakan rumah anggota polisi, Ajun Komisaris Andreas Tulam, di Cipete Pinang, Tangerang, Selasa (13/8/2013). Akibatnya, kaca depan rumah pecah.
  • Penembakan dua anggota polisi, Aipda Kus Hendratma dan Bripka Ahmad Maulana, di Pondok Aren, Jumat (16/8/2013). Keduanya ditembak di bagian kepala dan meninggal dunia.
  • Penembakan sebuah taksi Blue Bird di jalan tol dalam kota, tepatnya di kawasan Pancoran, Jumat (30/8/2013). Kaca kiri depan taksi tersebut berlubang dan retak.
  • Penembakan di sebuah proyek pembangunan hotel di Jalan Pasar Baru Timur Nomor 21-22, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (30/8/2013) pukul 17.00. Pelaku merupakan oknum anggota TNI AD dan dibekuk pada Sabtu (31/8/2013) di Depok.

Untuk kasus penembakan anggota polisi, pelakunya sudah diketahui, tetapi belum tertangkap. Mereka adalah Nurul Haq alias Jeck (28) dan Hendi Albar (30). Sementara itu, pelaku penembak halte transjakarta, rumah anggota polisi, dan taksi Blue Bird, sampai saat ini belum terungkap.

Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Oegroseno mengakui, tak ada wadah resmi maupun aturan teknis terkait kepemilikan senjata, terutama air gun dan senjata api rakitan. Namun, polisi sudah membentuk tim untuk mengusut beberapa kasus penyalahgunaan senjata.

"Untuk pengusutan, sudah dibentuk tim," kata Asisten Kapolri Bidang Operasi Inspektur Jenderal Badrodin Haiti, Senin (12/8/2013) di Jakarta.

Pada Kamis (15/8/2013), polisi menindak empat toko penjual air gun ilegal, dua di kawasan Senayan dan dua di Depok. Rikwanto mengatakan, tingkat kemiripan dengan senjata api asli mencapai 95 persen. Karena itu, senjata yang menggunakan peluru dari gotri (besi padat) itu sering disalahgunakan untuk tindak kejahatan.

"Jadi di beberapa kasus perampokan, air gun digunakan untuk menodong dan menakuti korbannya," ujarnya. Tak berlangsung lama, polisi juga menyita senjata api rakitan yang dibuat di sebuah rumah di Cipacing, Sumedang, Jawa Barat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kejari Depok Inventarisasi Data Korban First Travel untuk Kembalikan Aset Sitaan

Kejari Depok Inventarisasi Data Korban First Travel untuk Kembalikan Aset Sitaan

Megapolitan
Jakarta Fair 2023 Digelar 33 Hari, Transaksi Ditargetkan Lebih dari Rp 7,5 Triliun

Jakarta Fair 2023 Digelar 33 Hari, Transaksi Ditargetkan Lebih dari Rp 7,5 Triliun

Megapolitan
Cerita Ketua RT di Koja Peraih Kalpataru 2023, Diajak Bertemu Heru Budi sampai Diberi Pesan Khusus

Cerita Ketua RT di Koja Peraih Kalpataru 2023, Diajak Bertemu Heru Budi sampai Diberi Pesan Khusus

Megapolitan
Beda dengan Tahun Sebelumnya, Konser Musik di Jakarta Fair 2023 Kini Berbayar

Beda dengan Tahun Sebelumnya, Konser Musik di Jakarta Fair 2023 Kini Berbayar

Megapolitan
Saat Warga Bahu-membahu Padamkan Kebakaran Kabel Optik agar Tak Merembet ke Permukiman...

Saat Warga Bahu-membahu Padamkan Kebakaran Kabel Optik agar Tak Merembet ke Permukiman...

Megapolitan
Suguhan Baru di Jakarta Fair 2023, Ada Rumah Hantu Jurnal Risa Experience

Suguhan Baru di Jakarta Fair 2023, Ada Rumah Hantu Jurnal Risa Experience

Megapolitan
Kabel Optik di Jatinegara Terbakar, Warga: Sebelumnya Ada Bunyi Ledakan seperti Petasan

Kabel Optik di Jatinegara Terbakar, Warga: Sebelumnya Ada Bunyi Ledakan seperti Petasan

Megapolitan
3 Pria Coba Tipu Lansia di Cimanggis dengan Iming-iming Berangkat Haji dan Umrah

3 Pria Coba Tipu Lansia di Cimanggis dengan Iming-iming Berangkat Haji dan Umrah

Megapolitan
Ini Klarifikasi STIE Tribuana soal Mahasiswa Diminta Bayar Rp 3 Juta Per Semester untuk Pindah Kampus

Ini Klarifikasi STIE Tribuana soal Mahasiswa Diminta Bayar Rp 3 Juta Per Semester untuk Pindah Kampus

Megapolitan
Polisi Ungkap Modus Penipuan Preorder iPhone oleh Si Kembar Rihana Rihani

Polisi Ungkap Modus Penipuan Preorder iPhone oleh Si Kembar Rihana Rihani

Megapolitan
Diduga Hendak Tawuran, Dua Pelajar Ditangkap Saat Konvoi Sambil Bawa Sajam di Tambora

Diduga Hendak Tawuran, Dua Pelajar Ditangkap Saat Konvoi Sambil Bawa Sajam di Tambora

Megapolitan
Lurah Batu Ampar Klaim Satpol PP dan Dishub Selalu Sigap Urai Kemacetan di Condet

Lurah Batu Ampar Klaim Satpol PP dan Dishub Selalu Sigap Urai Kemacetan di Condet

Megapolitan
Lurah Batu Ampar Tuding 'Pak Ogah' Biang Macet di Jalan Raya Condet

Lurah Batu Ampar Tuding "Pak Ogah" Biang Macet di Jalan Raya Condet

Megapolitan
Korban First Travel Akan Terima Uang Ganti Rugi, Sumbernya dari Aset Sitaan

Korban First Travel Akan Terima Uang Ganti Rugi, Sumbernya dari Aset Sitaan

Megapolitan
Pamer Uang Won Korea, Tiga Pria di Cimanggis Depok Berupaya Tipu Lansia

Pamer Uang Won Korea, Tiga Pria di Cimanggis Depok Berupaya Tipu Lansia

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com