Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/09/2013, 08:16 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com— Kecelakaan maut di Tol Jagorawi arah Jakarta-Bogor Kilometer 8,2, Minggu (8/9) pukul 01.45, menewaskan enam orang. Peristiwa itu terjadi karena sedan Mitsubishi Lancer B 80 SAL yang dikemudikan AQJ (13) atau Dul, anak ketiga musisi Ahmad Dhani dan Maia Estianty, kehilangan kendali. Sedan itu menerjang pembatas tol hingga menabrak dua mobil yang melintas di jalur yang berlawanan.

Sekretaris Jenderal Komisi Perlindungan Anak Indonesia Muhammad Ihsan menilai kasus kecelakaan AQJ merupakan dampak pengasuhan orangtua. ”Hadiah mobil kepada anak yang belum cukup umur mungkin tidak masalah jika ada sopir, tapi bagaimana cara orangtuanya memastikan, si anak tidak akan menyetir sendiri?” kata Ihsan. Untuk itu, Ihsan berpendapat bahwa AQJ merupakan korban salah asuh dari orangtua.

Senada Ihsan, psikolog anak pada Lembaga Psikologi Terapan UI, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menilai orang yang memberikan izin kepada AQJ yang masih anak-anak untuk mengemudi harus ikut bertanggung jawab. ”Dialah yang paling tanggung jawab dan seharusnya turut menanggung proses hukum,” katanya.

Namun, psikolog forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan cukup sulit menjerat orangtua AQJ dan membuatnya turut menanggung proses hukum. ”Bagaimana dengan tanggung jawab anaknya? Tidak ada ketentuan pidana bagi orang dewasa yang mendorong anak melakukan pelanggaran hukum,” katanya.

Jika ada, kata Reza, Dhani memang bisa dikenai pemberatan hukuman sebagaimana diungkapkan Ihsan.

Di sisi lain, sebagai konsekuensi perbuatannya, AQJ akan berhadapan dengan hukum. Namun, Ihsan mengatakan, AQJ berhak dilindungi dari dampak proses hukum dengan menerapkan diversi, yaitu mengalihkan keluar proses hukum dengan pendekatan keadilan restoratif.

AQJ, yang merupakan putra ketiga musisi Ahmad Dhani dan Maia Estianty, menderita patah tulang akibat kecelakaan itu. Bersama NS (14), teman semobilnya, AQJ dirawat di RS Pondok Indah karena menderita patah tulang pada kakinya.

Maia, yang dihubungi Minggu pukul 16.00, mengatakan, AQJ masih di meja operasi dan menderita pendarahan di otak.

Maia berharap, nanti jika semuanya sudah tenang, biarlah masing-masing yang bertanggung jawab dan terkait peristiwa ini menjelaskan dengan jujur tentang yang sebenarnya terjadi.

Kecelakaan bermula saat mobil yang dikemudikan AQJ melaju dengan kecepatan tinggi di lajur dua arah Bogor-Jakarta. Setelah menerjang pembatas tol, sedan menabrak sisi kanan belakang Toyota Avanza B 1882 UZJ dan kemudian menabrak Gran Max B 1349 TFN hingga berakibat fatal.

Enam dari 13 penumpang di Gran Max tewas dalam kecelakaan itu, yaitu Agus Wahyudi Hartono (40), Rizky Aditya Santoso (20), Agus Surahman (31), Agus Komara (40), Nurmansyah (31), dan Komarudin (42).

Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polda Metro Jaya Wilayah Jakarta Timur Ajun Komisaris Agung Budi Leksono mengatakan, akibat kecelakaan itu, mobil sedan yang dikemudikan AQJ hancur. Namun, AQJ dan kawannya NS, meski terluka berat, masih terselamatkan nyawanya. (NEL/MDN/NDY/K06)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com