JAKARTA, KOMPAS.com —
Tawuran kembali pecah di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, Minggu (15/9/2013) malam. Kali ini, baku pelemparan antarwarga terjadi di Jalan Intan, Kelurahan Galur. Seperti tawuran yang pernah terjadi, tak ada yang tahu pemicu pertikaian di antara dua rukun warga yang bertetangga itu.

Namun, akibat pertikaian itu, seorang anggota patroli kota Kepolisian Sektor Johar Baru, Brigadir Sugito Aritonang, yang tengah berada di tengah massa, menjadi korban. Punggungnya tersiram cairan yang menyebabkan kulit terasa panas dan baju dinasnya rusak. Sampai kemarin, Sugito masih dirawat di RS Polri Pusat Raden Said Sukanto, Kramatjati.

Cairan yang dikemas dalam plastik itu dilemparkan dari atap rumah warga, tetapi tidak jelas siapa yang melemparkan cairan itu. Batu dan botol kaca beterbangan dari dua kubu yang bertikai. Serpihan sisa tawuran masih terlihat di sekitar lokasi tawuran pada Senin siang saat polisi menyisir tempat kejadian.

Ada juga selongsong bekas petasan yang tersisa yang selalu menjadi penanda tawuran dimulai. Begitu pula ketika benda yang dijual seharga lebih dari Rp 100.000 itu diledakkan, muncullah gerombolan pemuda dari berbagai gang sempit di sekitar lokasi. Tidak sampai satu menit, batu beterbangan dari kedua kubu.

Batu yang ada di sepanjang jalan berubah jadi "amunisi" untuk menghabisi lawan. Selain itu, ada juga yang mempersiapkan bom molotov. Beberapa kali panah juga digunakan dalam tawuran.

Tidak ada korban

Meskipun beragam peralatan dipakai, sangat jarang ada laporan korban dari kedua kubu yang terlibat tawuran. "Saya belum pernah mendapatkan laporan ada jatuh korban akibat tawuran ini," ujar Kepala Polsek Johar Baru Komisaris Dasril.

Kerusakan yang terlihat di lokasi tawuran Jalan Intan terjadi pada gerobak-gerobak mi ayam. "Ada tujuh gerobak yang rusak sewaktu tawuran terjadi," kata Erizal, warga setempat.

Saat senja sebelum tawuran pecah di Jalan Intan, polisi masih berjaga di dua lokasi lain yang sepekan terakhir rawan tawuran. "Kami patroli di Jalan Kramat Jaya Baru dan Jalan Rawa Sawah 3. Tawuran beberapa kali terjadi di lokasi ini. Saat polisi berkonsentrasi di tempat lain, tawuran pecah di Jalan Intan," kata Dasril.

Penyebab semu

Tawuran yang mereda beberapa waktu lalu kini kembali marak. "Lokasi tawuran berpindah-pindah. Jarang ada alasan jelas yang menyulut tawuran. Kadang hanya soal senggolan," kata Amin (37), warga Johar Baru.

Meskipun lahir dan besar di Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Amin tidak paham apa yang menjadi penyebab tawuran di daerahnya. "Sejak dulu sudah begitu. Anak-anak Galur serang Tanah Tinggi, atau dari Kampung Rawa ke Kawi. Kadang sama-sama satu kampung, tetapi beda RW saling serang."

Minggu malam, ada dua kelompok anak muda saling serang. Awalnya dengan petasan, berikutnya dengan batu. "Opera jalanan itu mirip pembagian waktu kerja, pagi, siang sore, malam, atau dini hari," ujar Kepala Seksi Layanan Umum Kecamatan Johar Baru Lisa.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo heran melihat tawuran tak pernah berhenti di kawasan itu. Sudah kali kesekian dia mendapatkan laporan adanya tawuran antarwarga di Johar Baru. Jokowi segera turun ke lokasi tawuran untuk melihat secara benar akar persoalannya. "Saya akan selesaikan. Saya minta Wali Kota Jakarta Pusat dan camat setempat mencari terobosan. Mungkin besok saya akan turun ke sana," katanya.

Sebelum membuat terobosan, pihak terkait perlu memetakan masalah di lapangan. "Karena saya belum mengerti secara detail persoalannya, saya belum bisa bicara. Kalau sudah melihat lapangannya, lihat kondisi masyarakatnya, baru saya bisa memberikan penjelasan," kata Jokowi.

Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah mengakui, karena kondisi di kecamatan itu sudah aman dari tawuran, sejumlah program kegiatan di Johar Baru sempat dihentikan. Dia berjanji akan menghidupkan kembali ruang-ruang interaktif bagi remaja di Johar Baru. Langkah ini merupakan upaya untuk mencegah tawuran berulang lagi.

Selain itu, lurah dan camat diharuskan untuk terus mendekati tokoh masyarakat, mulai dari RT, RW, sampai tokoh agama. Pendekatan ini dilakukan untuk mengajak para tokoh ikut mencegah terjadinya tawuran.

Kepala Biro Pendidikan Mental dan Spiritual Provinsi DKI Jakarta Budi Utomo mengatakan, tawuran yang terjadi di Johar Baru bukan persoalan biasa. Sebab, walaupun dalam skala kecil, belum ada solusi tepat untuk menghentikan bentrok warga itu.

Berbagai pendekatan sosial sudah dilakukan aparat pemerintah di tingkat kelurahan dan kecamatan.

Budi meyakini ada pihak yang diuntungkan dari adanya konflik antarwarga di sana. Jika tidak, pasti tawuran antarwarga di sana bisa segera diselesaikan. (Agnes Rita Sulistyawati/Jossie Susilo/Andy Riza Hidayat)