Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Hujan Datang, Genangan di Jalan Muncul

Kompas.com - 21/10/2013, 08:05 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Baru memasuki awal musim hujan, Jakarta sudah ditemui musuh lamanya, banjir. Genangan langsung muncul di sejumlah ruas jalan saat hujan deras mengguyur Jakarta pekan lalu. Daerah bantaran Kali Ciliwung juga tergenang setelah kawasan hulu hujan deras. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkejaran dengan waktu agar banjir bisa dikurangi.

Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, musim hujan mulai memasuki Jakarta pada Oktober ini. Puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Desember 2013 dan Januari 2014.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, DKI hanya bisa berkonsentrasi sebatas tugas dan wewenang pemda. "Penanganan banjir bukan hanya di tangan DKI, melainkan juga kewenangan pemerintah pusat. Tugas saya sekarang mengeruk kali kecil, memperbaiki saluran air, dan memperbaiki pompa," ujarnya.

Saat ini, pihaknya menggenjot normalisasi sejumlah waduk agar bisa menambah daya tampung air hujan. Tiga waduk yang sedang dinormalisasi adalah Waduk Pluit, Waduk Ria Rio, dan Waduk Tomang Barat. Masih ada 12 waduk yang menunggu untuk dinormalisasi, yaitu Waduk Bojong, Waduk Sunter, Waduk Teluk Gong, Situ Lembang, Waduk Melati, Waduk Rawa Babon, Waduk Pedongkelan, Waduk Cengkareng, Waduk Grogol, Waduk Don Bosco, Waduk Pegangsaan 2, dan Waduk Bujana Tirta.

Tidak hanya menormalisasi waduk, DKI juga mengeruk 160 saluran penghubung dan 18 saluran submakro. Di sejumlah ruas jalan terlihat banyak pekerja menggali saluran air yang tertutup bangunan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Manggas Rudy Siahaan mengatakan, Pemprov DKI Jakarta juga berencana membuat 1.958 sumur resapan, memperbaiki 492 pompa air, dan menyiagakan posko banjir di 42 kecamatan rawan banjir.

Manggas menambahkan, pihaknya telah membentuk satuan tugas yang akan merespons keluhan masyarakat terkait genangan dan banjir. "Ada 200 titik banjir di Jakarta. Masyarakat mengusulkan ada unit reaksi cepat untuk merespons masalah-masalah di berbagai titik itu," katanya.

Jokowi mengakui, kerja besar menanggulangi banjir Jakarta belum selesai. Masih banyak yang harus dikerjakan dan tidak bisa selesai dalam waktu cepat. Masih banyak kendala, seperti pengadaan alat berat untuk pengerukan yang tidak bisa sesuai target gara-gara tender.

Pengerukan saluran dan perbaikan pompa diharapkan bisa selesai pada Desember 2013. Jokowi optimistis, jika seluruh pompa berfungsi dan saluran-saluran yang ada kembali berfungsi maksimal, Jakarta tidak akan dilanda banjir.

Mencermati serius

Akan tetapi, ahli geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB), Profesor Hasanuddin Z Abidin, Jumat (18/10), meminta agar Pemprov DKI Jakarta mencermati secara serius fenomena limpasan air pasang laut yang melampaui tanggul laut di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Penurunan tanah yang tinggi di Jakarta menyebabkan pasang laut kerap mengakibatkan banjir atau rob di sejumlah tempat di Jakarta Utara.

Berdasarkan penelitian penurunan tanah Jakarta yang dilaksanakan Fakultas Geodesi ITB yang dilaksanakan tahun 2011, ditemukan penurunan tanah di Muara Baru mencapai 10 cm sampai 15 cm per tahun.

Penurunan tanah juga terjadi di beberapa lokasi di Penjaringan. Sementara pasang laut tertinggi tak pernah lebih dari 120 cm. Adapun rata-rata permukaan tanah di utara Jakarta sudah berada di bawah permukaan laut. Penurunan tanah ini, menurut Hasanuddin, sudah menjadi karakter tanah di kawasan utara Jakarta karena sebagian besar tanahnya terbentuk dari sedimentasi laut. Oleh karena itu, sifat tanahnya labil.

Secara geologis, sedimentasi laut akan selalu mengalami kompaksi atau pemadatan secara alamiah. Proses pemadatan itu akan lebih cepat jika di atas tanah itu terdapat pembangunan konstruksi berat dan penyedotan air bawah tanah.

Dari hasil penelitian selama 20 tahun terakhir, lanjut Hasanuddin, penurunan tanah di Jakarta sudah terjadi di beberapa lokasi di Jakarta Pusat akibat penyedotan air bawah tanah yang besar. Oleh karena itu, perencana pembangunan kota Jakarta harus memperhatikan kecepatan penurunan tanah di Jakarta dalam setiap membuat perencanaan pembangunan.

Jika saat pasang tertinggi mencapai 2 meter di atas permukaan Jakarta, dengan kecepatan penurunan tanah 10 cm sampai 15 cm per tahun, perlu dibangun tanggul laut setinggi 4 meter. Jika tanggul laut hanya 3 meter seperti yang ada sekarang di pesisir Jakarta, air laut akan rawan melimpas ke daratan saat air laut pasang.

(Fransisca Romana Ninik/Madina Nusrat)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonor untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonor untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com