Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai Besok, Bogor-Sukabumi Bisa Naik Kereta

Kompas.com - 08/11/2013, 10:58 WIB

BOGOR, KOMPAS.com
— Kereta Api Pangrango rute Bogor-Sukabumi akan dioperasikan mulai Sabtu (9/11). KA itu berangkat tiga kali sehari, setiap lima jam, dari Stasiun Bogor atau Stasiun Sukabumi. Jadwal keberangkatan dari Sukabumi pukul 05.00, 10.00, dan 15.00. Sementara itu jadwal keberangkatan dari Bogor pukul 07.30, 12.30, dan 17.30.

Jalur Bogor-Sukabumi dilayani dua rangkaian KA Pangrango. Setiap rangkaian terdiri dari 1 lokomotif, 1 kereta eksekutif, 3 kereta ekonomi, dan 1 gerbong pembangkit. Keempat kereta penumpang itu berpenyejuk udara.

KA Pangrango berkapasitas total 368 kursi. Sebanyak 50 kursi di kelas eksekutif dan tarifnya Rp 35.000 per penumpang. Sementara itu sebanyak 318 kursi di kelas ekonomi dan tarifnya Rp 15.000 per penumpang. Tarif tersebut tidak bersubsidi.

Spanduk sosialisasi KA Pangrango di Stasiun Maseng, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/11), tertulis keberadaan kereta bisnis. Tarifnya Rp 25.000 per penumpang. ”Kelas bisnis akan dijalankan jika permintaan meningkat,” kata Kepala Hubungan Masyarakat KAI Daerah Operasi I Sukendar Mulya.

Saat KA Pangrango beroperasi, ada sejumlah larangan yang harus ditaati penumpang. Jangan membuka pintu atau jendela saat KA berjalan. Jangan naik di atap KA. Dilarang merokok di dalam KA. Dilarang berjualan di stasiun dan di KA.

Jalur Bogor-Sukabumi sepanjang 57 kilometer. Waktu tempuh 1 jam 47 menit. Di jalur ini ada 10 stasiun, yakni Stasiun Bogor, Batutulis, Maseng, Cigombong, Cicurug, Parungkuda, Cibadak, Karang Tengah, Cisaat, dan Sukabumi. Selain itu, ada tiga halte, yakni Halte Ciomas, Cijambe, dan Pondok Leungsi. Halte lebih kecil daripada stasiun. Fungsinya, untuk naik-turun penumpang. Halte itu tak dilengkapi peralatan sinyal pengatur perjalanan KA.

Sampai Kamis atau dua hari menjelang peresmian, persiapan disempurnakan. Antara lain, pengecekan ulang rel, bantalan, fasilitas stasiun, jembatan, drainase, tubuh ban, dan pintu perlintasan. Tujuannya, agar selama KA Pangrango beroperasi, keselamatan dan keamanan penumpang serta perjalanan dapat terjamin.

Pengamat perkeretaapian Djoko Setijowarno mengatakan, waktu tempuh 1 jam 47 menit cukup lama untuk jarak 57 km. Waktu tempuh itu setara dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum dengan asumsi Jalan Raya Bogor-Sukabumi tidak macet.

Menurut Djoko, waktu tempuh lama karena rel belum diganti dengan jenis R54. Jalur Bogor-Sukabumi masih memakai rel jenis R33 atau R42 peninggalan Belanda. Lokomotif tidak bisa dipacu dengan kencang. Mungkin, laju rata-rata 40 km per jam. Jika dipacu kencang, KA bisa terguling.

Djoko mengatakan, rel jenis R33 berarti batang rel berbobot 33 kilogram per meter. Kian berat bobot rel, daya tahan terhadap beban KA kian bagus.

”Diharapkan, pemerintah pusat secepatnya mengganti jalur Bogor-Sukabumi dengan yang terbaik,” katanya.

Meski demikian, Djoko menyambut gembira pengoperasian kembali jalur Bogor-Sukabumi. Sebelum Indonesia merdeka, jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur- Bandung dibangun dan dioperasikan oleh Belanda. Jalur ini menyuguhkan keindahan panorama lembah Gunung Salak dan Gunung Gede sekaligus daerah aliran Sungai Cisadane.

Kereta diesel

Sebelum mati, jalur Bogor- Sukabumi dilayani oleh Kereta Diesel (KRD) Bumi Geulis. Namun, KRD itu kerap rusak. KRD tidak bisa lagi dioperasikan sejak 15 Desember 2012. Penumpang KRD pun beralih ke angkutan L300, bus sedang, dan bus besar melewati Jalan Raya Bogor-Sukabumi yang didera kemacetan.

”Pengoperasian kembali jalur KA lebih bermanfaat ketimbang membangun Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) dalam hal mengatasi kemacetan,” kata Djoko.

Pemerintah pusat disarankan menjadikan jalur Bogor-Sukabumi seperti KRL Jabodetabek. Tarifnya perlu disubsidi untuk memberikan rasa keadilan bagi warga Bogor-Sukabumi seperti pengguna KRL Jabodetabek.

Untuk rute Sukabumi-Cianjur, baru akan diaktifkan mulai 1 Januari 2014. Jalur ini terhenti sejak diperbaiki oleh satuan kerja Kementerian Perhubungan dalam kurun waktu 2009-2010. Untuk jalur ini akan disiapkan rangkaian kereta yang terdiri atas 1 lokomotif, 1 kereta eksekutif, 3 kereta ekonomi, dan 1 gerbong pembangkit. Tarif kelas eksekutif Rp 25.000 per penumpang. Sementara itu tarif kelas ekonomi Rp 10.000 per penumpang.

Untuk jalur Cianjur-Bandung masih menunggu revitalisasi selesai. Jika rel sudah diganti yang baru, jalur tersebut bisa dilintasi lokomotif tipe CC 204. Selanjutnya, KA bisa dioperasikan dan diintegrasikan dengan KA Pangrango.

”Jalur ini merupakan yang pertama di Jawa Barat ke jurusan Bandung dengan pemandangan indah dan stasiun tua yang klasik,” kata Djoko.

Saat ini, KA dari Jakarta ke Bandung melalui Bekasi-Karawang-Purwakarta. Pada zaman Belanda, berkereta uap dari Jakarta ke Bandung melewati jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur. (BRO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com