Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentas Teater Koma Menggugat Ibu Indonesia

Kompas.com - 14/11/2013, 21:30 WIB


Perdamaian sering kali hanya sebuah slogan dan lagu, nyaris seperti utopia. Sementara perang dalam bentuk apa pun adalah keniscayaan, karena di situ banyak kepentingan dan bisnis yang bisa dijalankan.

Begitu juga bagi Ibu Brani. Perdamaian tak ubahnya petaka kebangkrutan. Sebaliknya, perang adalah panen yang bisa mendatangkan banyak uang, tak peduli jika anak-anaknya yang menjadi korban.

Pesan itu muncul dari pertunjukan sandiwara "Ibu" yang dipentaskan Teater Koma di Taman Ismail Marzuki (TIM) dari tanggal 1 sampai 17 November 2013.

Cerita ini disadur dari karya sastrawan Jerman, Bertolt Brecht, berjudul "Mother Courage and Her Children" atau dalam bahasa Jerman "Mutter Courage und ihre Kinder".

Mengambil setting perang 30 tahun di Eropa pada abad ke-17, Ibu Brani yang diperankan Sari Prianggoro Madjid mencoba terus memanfaatkan perang dengan bisnisnya.

Bersama tiga anaknya, Elip Noyoki (Rangga Riantiarno), Keju Swiss atau Fejos (Muhammad Bagya), dan Katrin Hupla (Ina Kaka), mereka menyusuri wilayah-wilayah perang dengan gerobaknya sambil menawarkan dagangannya dari anggur, barang bekas, selongsong peluru, hingga makanan.

Bagi Ibu Brani, perang selalu mendatangkan uang. Sehingga, ketika ada kabar akan ada perdamaian, dia terpukul berat dan merasa di ambang kebangkrutan. Sehingga, hatinya selalu berbunga-bunga setiap ada perang. Sampai-sampai, ia lupa pernah berjanji akan mencarikan jodoh buat Katrin jika perdamaian datang.

Singkat cerita kedua anaknya, Fejos dan Elip, direkrut tentara. Fejos akhirnya mati ditembak tentara musuh dan Elip tak jelas nasibnya setelah ditangkap tentara lawan. Sementara Katrin yang bisu, akhirnya juga tewas ditembak tentara.

Ibu Brani akhirnya merasakan betapa biadabnya akibat perang itu. Seolah, keuntungan yang ia raih dari peperangan tak ada artinya. Nafsunya terhadap uang harus dibayar mahal.

Seperti kata sang pengarang sendiri, Brecht, "Dalam perang yang kalah dan menang hanya akan menerima kerugian. Semua kalah. Kelak, hanya urusan ekonomi dan politik yang menerima keuntungan. Kebudayaan jadi tak penting, bahkan dihapuskan."

Indonesia 2014

Lakon ini begitu menyentuh dan terasa kontekstual. Apalagi, lakon ini didukung acting yang hebat dari Sari Madjid sebagai ibu dan pemeran lainnya.

Kecerdasan N Riantiarno dalam membangun cerita dan suasana lewat dialog, gerak, properti, dan perubahan adegan juga mengesankan. Kerapian menyelipkan lelucon yang mengundang tawa juga cerdik, tanpa harus melawak sudah menimbulkan gelak. Pada akhirnya, banyak satire kehidupan yang harus direnungkan.

Riantiarno sengaja mementaskan "Ibu" salah satunya karena konteks Indonesia yang bakal berperang pada 2014. Pemilu 2014, baginya, tak ubahnya perang merebut kekuasaan. Kekuasaan atas harta benda, politik, ekonomi, dan sumber daya alam dan manusia. Kekuasaan yang belum tentu menyejahterakan rakyat.

Siapakah Ibu Indonesia
Ibu adalah orang yang melahirkan, merawat, mendidik, mengasuh, melindungi, dan membesarkan anaknya. Peran dan pengaruhnya akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak-anaknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Teralisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Teralisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com