JAKARTA, KOMPAS.com — 
Angkutan massal berbasis bus masih menjadi tulang punggung moda transportasi Ibu Kota. Moda angkutan ini dinilai menjanjikan karena mampu mengangkut penumpang dalam jumlah besar.

Namun, perlu pembenahan dalam beberapa hal mendasar agar kualitas pelayanan menjadi lebih baik. Jaringan angkutan massal berbasis bus di Jakarta menjadi materi pembicaraan dalam forum C40. Lembaga ini merupakan organisasi nonpemerintah yang terdiri atas 40 kota besar di dunia.

”Pertemuan ini untuk melihat persoalan di setiap kota yang mengembangkan BRT (bus rapid transit). Ada hal yang perlu kami bagi dan pelajari mengenai hal ini. Ada kemiripan tantangan di setiap kota dalam mengembangkan,” kata Board of Director C40 Terri Wills, peserta dari Toronto, Kanada, Kamis (28/11).

Terri mengatakan, sebagian peserta C40 terkesan dengan moda transportasi bus transjakarta. Begitu banyak warga yang ingin memanfaatkan jaringan transportasi ini. Hal itu terlihat di sejumlah halte transjakarta ketika semua delegasi bus mencoba moda tersebut.

Menurut dia, perlu penambahan armada dan perbaikan sarana halte untuk penumpang. Menurut Terri, persoalan serupa juga dihadapi kota-kota lain yang mengembangkan sistem serupa.

Tergantung

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, dalam satu dekade ke depan, Jakarta masih akan tergantung pada sistem BRT. Begitu pada tahun-tahun berikutnya selama moda angkutan lain belum siap, seperti mass rapid transit dan monorel.

Angkutan massal berbasis bus yang dikembangkan di Jakarta adalah transjakarta. Moda angkutan ini melayani 12 koridor dengan jumlah 579 bus. Jumlah koridor   ini tergolong besar daripada negara-negara lain yang tergabung dalam C40, misalnya di kota Guangzhou, China.

Sejalan dengan harapan banyak pihak, pengembangan BRT di Jakarta terus dilakukan mengacu pada pola transportasi makro. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, pengembangan sistem BRT dilakukan bertahap sampai mampu diandalkan melayani perjalanan orang di Jakarta dan sekitarnya yang mencapai 25,7 juta orang per hari.

”Jakarta butuh moda angkutan bus karena tidak mungkin semua wilayah dijangkau moda angkutan kereta,” katanya. (NDY)