Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Detik-detik Tabrakan KRL dan Truk Tangki

Kompas.com - 09/12/2013, 17:25 WIB
Wisnubrata

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Senin ini seperti biasanya saya naik kereta komuter setelah sebelumnya bersepeda dari rumah ke Stasiun Sudimara. Kereta pukul 10.38 biasanya sepi penumpang karena jam berangkatnya bukan menjelang jam kerja.

Sesampai di stasiun, kereta pukul 10.38 belum datang. Pengeras suara mengumumkan bahwa kereta mengalami kerusakan AC sehingga masih diperbaiki di Stasiun Serpong. Terlambat sekitar 20 menit, kereta itu akhirnya tiba. Penumpang lebih banyak dari biasanya karena sebelumnya menumpuk di stasiun. Biasanya saya mendapat tempat duduk, tetapi hari ini saya harus berdiri karena gerbong agak penuh.

Di Stasiun Rawabuntu, kereta berhenti sebentar mengambil penumpang. Selepas Stasiun Pondok Ranji, kereta melaju kencang. Namun, beberapa saat kemudian terasa kereta melambat karena direm, dan tiba-tiba tergoncang disertai bunyi tabrakan. Beberapa penumpang yang berdiri terjatuh.

Awalnya semua penumpang tenang. Ada yang mengeluh karena dikira kereta mati listrik. Memang begitu berhenti, listrik dalam kereta padam. Kepanikan terjadi karena dari luar jendela kereta, warga sekitar berteriak-teriak, "Ada api... keluar... kereta terbakar!"

Penumpang pun menjadi panik dan berusaha membuka pintu. Namun, pintu tak bisa dibuka. Jendela pun tertutup rapat. Saya memandang sekeliling, mencari palu yang biasa terdapat dalam bus-bus untuk memecah jendela. Barang itu juga tidak ada. Penumpang makin panik. Beberapa anak menangis.

Petugas satpam di dalam kereta berteriak, "Jangan panik!" Tetapi, para penumpang tetap berusaha membuka jendela. Akhirnya jendela bisa dibuka dengan digeser ke atas. Orang-orang pun memanjatnya, tetapi gamang untuk meloncat karena lumayan tinggi dari tanah yang ditutupi batu di luar rel.

Setelah didorong dari belakang, orang-orang pun mulai berloncatan. Saya termasuk yang meloncat keluar meski belum paham apa yang sebenarnya terjadi.

Di luar kereta, barulah terlihat asap hitam membubung ke atas. Api juga tampak berkobar. Hawa panasnya terasa menerpa muka, padahal saya berada di gerbong tengah, cukup jauh dari sumber kebakaran.

Orang-orang berteriak, "Lari ke belakang, lari ke belakang." Penumpang terlihat berdesakan di jendela gerbong-gerbong kereta. Beberapa dari mereka melemparkan anak-anak ke bawah, diterima penumpang lain yang sudah turun. Ibu-ibu menjerit, "Tinggi banget, enggak berani lompat." Namun, penumpang lain segera membantu.

Saat itu kabel-kabel listrik di atas gerbong bergoyang-goyang. Penumpang makin panik dan terus berlari mencari jalan keluar dari rel. Kebetulan di sisi kanan rel ada selokan yang dalam dan cukup lebar sehingga sulit dilompati. Penumpang harus berjalan sampai ke ujung gerbong baru bisa menyeberang ke jalan aspal.

Saya menengok ke belakang. Api berkobar makin besar. Namun, karena ingin mengambil gambar, saya mendekati lokasi tabrakan, melawan arus orang-orang yang berlari menjauh. Tiba-tiba ada dua atau tiga ledakan. "Mundur, mundur, keretanya meledak," teriak orang-orang. Saya pun mundur mencari akses lain dan menemukan gang menuju lokasi tabrakan.

Pemandangan di lokasi ledakan ternyata cukup mengguncang. Orang-orang terluka berlarian. Anak-anak menangis ditarik orangtuanya yang panik. Sebagian berlarian tak tentu arah. Beberapa yang sudah pulih dari keterkejutannya segera mengarahkan mereka ke masjid di dekat lokasi dan gang-gang yang aman. Hawa panas dari api makin terasa.

Saya segera mengabari kantor mengenai peristiwa ini. Melihat saya menelepon, beberapa kali orang minta izin untuk meminjam telepon mengabari saudaranya atau kantornya. Banyak yang kehilangan ponsel dan barang-barang lain karena berusaha menyelamatkan diri.

Belakangan saya melihat, gerbong yang terbakar paling parah adalah gerbong terdepan yang merupakan gerbong khusus perempuan dan gerbong terdepan tempat masinis berada.

Beberapa orang saksi mengungkapkan, kereta menabrak truk tangki bahan bakar yang melintasi palang kereta api sesaat sebelum kereta lewat. "Palang ini telat ditutup dan truk sudah telanjur masuk di rel ketika kereta nabrak," kata seorang saksi yang menolak menyebut nama karena yang berjaga di palang itu masih terhitung kawannya.

Saksi lain, Rozak, tukang ojek yang mangkal di situ, menyatakan, palang kereta di Pondok Betung itu tidak cukup panjang sehingga masih ada bagian yang terbuka meski palang ditutup. "Selain itu, nutupnya tadi juga enggak sampai bawah," ujarnya.

Warga lain menyerukan agar palang kereta di lokasi itu menjadi perhatian pemerintah karena banyaknya kasus kecelakaan. "Sudah berkali-kali kecelakaan di sini. Banyak orang yang ngatur, tapi sering tidak memperhatikan keamanan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com