Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Markas" Teroris di Pinggir Ibu Kota

Kompas.com - 02/01/2014, 08:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com —
Siapa mengira di antara bunyi letusan petasan yang mengoyak langit petang itu di antaranya adalah letusan peluru yang mencabut nyawa Dayat Kacamata. Pria ini terkapar tak jauh dari mulut Gang Hasan. Di ujung tahun, laki-laki itu tutup usia di ujung laras senjata polisi.

Selepas isya, warga melihat sejumlah laki-laki, yang sedari pagi duduk dan mengobrol di kedai kopi di seberang Gang Hasan, segera merangsek ke mulut gang itu ketika melihat Dayat bersepeda motor melintas menuju Jalan KH Dewantara. ”Ada beberapa suara letusan. Kelihatannya dia melawan, lalu ditembak enggak jauh dari lapangan,” kata seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya.

Awalnya, warga mengira itu kasus pembunuhan. Begitu mereka mendekat, ternyata para laki-laki yang semula diduga preman itu adalah anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. ”Kami dilarang mendekat, kelihatannya mereka juga menangkap satu orang lain, mungkin perempuan,” kata warga lagi.

Namun, drama itu belum usai. Tepat saat pesta malam pergantian tahun, warga tak hanya disuguhi maraknya tebaran kembang api di langit, tetapi juga ketegangan yang mengiringi pengepungan ”markas” terduga teroris. Rentetan tembakan berkali-kali terdengar hingga tengah malam.

Dari mulut ke mulut warga mendengar sisa anggota kelompok Dayat tak mau menyerah. Mereka bertahan di sebuah rumah petak yang mereka kontrak sejak tujuh bulan lalu. Beberapa dentuman keras juga membahana membelah malam.

Hingga fajar terbit pada awal tahun, rentetan tembakan polisi beberapa kali kembali mengoyak udara. Menjelang siang, warga mendapat kabar, dari rumah kontrakan yang berada di bawah rumpun bambu itu, lima terduga teroris tewas.

Tak mengira

”Kami baru tahu kalau mereka teroris setelah ada penggerebekan itu,” kata Dadan, warga Kampung Sawah. Warga tak mengira demikian karena umumnya yang menyewa rumah kontrakan itu adalah ”orang biasa”, seperti pedagang tahu dan tempe. Di tempat itu banyak tempat kontrakan yang ditempati pemulung.

Bangunannya sangat sederhana, terbuat dari batako. Letaknya sedikit menjorok ke dalam, antara kebun dan kolam ikan milik warga. Selama ini banyak di antara pengontrak yang mengontrak dengan waktu singkat. Mereka datang dan pergi.

Warga makin tidak menyangka rumah kontrakan oleh Dayat dan kelompoknya yang diduga terlibat kasus penembakan beberapa polisi dan perampokan bank diubah menjadi ”basis operasi” kegiatan terorisme.

Menurut penuturan tetangga, para terduga teroris itu terlihat baik. Setiap bertemu warga sering menyapa. Memang, mereka rata-rata baru pulang pada malam hari. Sepanjang siang mereka tidak ada di rumah. Kepada warga, mereka mengaku bekerja sebagai pedagang di Pasar Blok M.

Agus Suhaimi, Ketua RW 007, mengatakan, kondisi itu menjadikan pihaknya sulit memantau. Padahal, para pemilik kontrakan sudah sering diingatkan untuk waspada terhadap para calon pengontrak. ”Kami sebenarnya sudah antisipasi, tapi masih kecolongan seperti itu,” ucapnya.

Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Boy Rafli Amar, para terduga teroris sengaja memilih permukiman di daerah pinggiran, agak terpencil, dan kepedulian warga kurang. Menurut dia, banyak pemilik kontrakan tidak begitu peduli siapa penyewa rumah mereka dan apa aktivitas mereka. Yang penting laku. Boy mengatakan, rumah kontrakan di Gang Hasan itu, misalnya, telah berubah menjadi ruang operasi dan ruang komando kelompok Dayat.

”Mereka sudah tinggal sekitar satu tahun. Ini sudah menjadi safe house mereka, tempat perencanaan, tempat persembunyian, tempat melakukan konsolidasi,” kata Boy.

Menurut Boy, hal itu bisa diketahui dari jumlah barang-barang yang digunakan untuk mendukung aktivitas kelompok itu. Dari rumah itu polisi menemukan barang bukti seperti pistol, bom pipa, bagan rangkaian bom, tas-tas pribadi yang berisi uang Rp 10 juta-Rp 20 juta, dan bahan-bahan pembuatan bom.

”Itu semua tersimpan di situ. Tidak tertutup kemungkinan, permukiman seperti ini ada banyak di tengah masyarakat kita,” ungkap Boy.

Boy berharap, untuk mengantisipasi kawasan pinggiran seperti Tangerang Selatan menjadi safe house, pemerintah setempat harus melakukan pendataan pendatang baru, mereka yang bukan warga setempat, dan mewajibkan pendatang untuk lapor. Hal itu perlu sebagai upaya pencegahan karena tidak bisa hanya mengandalkan penegakan hukum.

”Kita harus lakukan upaya pencegahan. Paling tidak kita mengetahui aktivitas mereka. Jadi, pola pengawasan yang melibatkan masyarakat sangat diperlukan bersama perangkat RT/RW, kelurahan, bekerja sama dengan babinkamtibmas dan babinsa TNI,” ujarnya.

Pengamat terorisme, Wawan Purwanto, menuturkan, dari pengalaman sebelumnya menunjukkan, kelompok-kelompok teroris menyiapkan lebih dari satu rumah persembunyian. Rumah di Kampung Sawah, Ciputat, yang digerebek polisi pada Selasa malam diduga hanya salah satu dari beberapa tempat yang disiapkan kelompok Dayat. ”Polanya selalu seperti itu. Kelompok dipecah ke beberapa tempat berbeda untuk mencegah tertangkap semua,” ujarnya.

Pertimbangan mereka, antara lain, memudahkan pemantauan dan menjaga kelompok tetap tersebar. Penyebaran itu, ujar Wawan, menjadi alasan pentingnya mengungkap rumah persembunyian lain.

Dalam operasi pengembangan, polisi juga menemukan rumah lain yang dikontrak Dayat. Rumah itu terletak di kawasan Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Di rumah itu, polisi menemukan aneka komponen untuk membuat bom.

Ungkap dalang

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Haris Azhar yang dihubungi terpisah mengharapkan polisi tidak hanya menangkap operator lapangan. Ia juga mendesak detasemen khusus itu mengungkap siapa dalang di balik rangkaian aksi teror tersebut.

Ia merasa heran, 10 tahun ini Densus lebih banyak mengungkap para pemimpin teroris. Tiga tahun terakhir, Densus menangkapi orang-orang lapangannya. ”Siapa dalang di balik semua ini tidak pernah diungkap Densus,” ujar Haris

Haris menduga ada kepentingan politik di balik pengungkapan kasus-kasus terorisme oleh Densus. Dana memadai, apalagi ada sponsor. Ia menduga ada sesuatu yang salah. ”Dugaan saya, dengan aksi ini, polisi ingin mempertunjukkan kekuasaannya, sekaligus memberikan tekanan betapa pentingnya polisi,” ucap Haris.

Lepas dari dugaan itu, setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kepedulian warga. Kedua, kesungguhan pemerintah. Sel dan jaringan teror akan sulit berkembang jika dua prasyarat tadi terpenuhi. (HEI/RAY/WER/WIN/RAZ/JOS/FER/ADH/APO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Darurat Pengelolaan Sampah, Anggota DPRD DKI Dukung Pemprov Bikin 'Pulau Sampah' di Jakarta

Darurat Pengelolaan Sampah, Anggota DPRD DKI Dukung Pemprov Bikin "Pulau Sampah" di Jakarta

Megapolitan
Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Megapolitan
Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Megapolitan
Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Megapolitan
Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu 'Nombok' Setoran

Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu "Nombok" Setoran

Megapolitan
Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Megapolitan
Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustrasi Dijauhi Teman...

Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustrasi Dijauhi Teman...

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Sejumlah Angkot di Tanjung Priok Diremajakan demi Bisa Gabung Jaklingko

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 21 Mei 2024

Megapolitan
Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, 'Bekingan' Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Jukir Liar di Jakarta Sulit Diberantas, "Bekingan" Terlalu Kuat hingga Bisnis yang Sangat Cuan

Megapolitan
Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com