Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Sakit Mulai Keberatan, JKN Terlalu Berbelit

Kompas.com - 09/01/2014, 07:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Rumah sakit penyedia layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai menyampaikan keberatan. Mereka menilai, syarat penyelenggaraan program ini terlalu berbelit. Kondisi ini merepotkan pasien yang seharusnya mendapat pelayanan cepat dan tepat.

Direktur Utama Unit Pelaksana Teknis Jaminan Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan DKI Jakarta Theryoto menyampaikan, hal ini tidak boleh dibiarkan. Dinas Kesehatan DKI Jakarta berupaya tetap menggandeng mereka dengan terus melakukan pendekatan. ”Kami terus melakukan pendekatan, jangan sampai mereka memutuskan kerja sama sehingga program ini terhambat,” kata Theryoto, Rabu (8/1/2014), di Jakarta.

Namun, Theryoto tidak bersedia menyebut RS yang keberatan dengan program ini. Dia tidak ingin menambah dampak buruk pada informasi tersebut.

Alasan yang disampaikan pihak RS adalah syarat kerja sama yang tidak luwes. Kerja sama antar-RS harus dibuat tertulis dengan sejumlah syarat. Di sisi lain, pasien membutuhkan pelayanan cepat. ”Ini bukan persoalan klaim atau hal lain, tetapi soal syarat kerja sama antar-rumah sakit,” katanya.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Bambang Suheri menyatakan, hingga Selasa, pihaknya belum menerima laporan RS yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk melayani pasien JKN. ”Pada akhir tahun lalu, ada 20 rumah sakit di Jakarta Utara yang menyatakan akan melayani peserta JKN, tetapi kami dengar ada perubahan dan sampai sekarang belum dapat laporannya,” kata Bambang.

Bambang menyebutkan, pada program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Miskin dan Kartu Jakarta Sehat, ada 17 RS yang terlibat. Jumlah RS yang terlibat dalam program JKN diperkirakan tidak jauh berbeda, tetapi pihaknya belum bisa memastikan.

Sejumlah pasien berpendapat, meskipun sama-sama menerima pasien dari program-program itu, pelayanannya berbeda sehingga persebaran pasien tidak merata. ”Sebenarnya, ada rumah sakit yang lebih dekat dari rumah, tetapi saya memilih ke RSUD Koja karena pelayanan lebih baik,” kata Rohaina (45), keluarga pasien asal Sukapuran, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.


Cakupan layanan

Menyinggung sejumlah layanan kesehatan yang dulu terlindungi JKS, tetapi sekarang tidak terlindungi JKS, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan itulah yang sedang diurus Pemprov DKI Jakarta. Seharusnya, keinginan Pemprov DKI Jakarta bisa dikabulkan (oleh BPJS).

Kalaupun nantinya tidak bisa, Pemprov DKI Jakarta punya cara lain, seperti mengucurkan anggaran. ”Anggaran kita itu ada. Artinya, masak kualitas kita malah jadi turun. Enggak bisa dong. Kemarin waktu saya ke puskesmas, (warga) sudah mulai mengeluhkan itu. Pak, dulu untuk cek darah tidak membayar, kok, sekarang bayar,” katanya.

Tahun 2012, Pemprov DKI Jakarta mengucurkan Rp 1,5 triliun untuk membiayai KJS. Jumlah yang besar dan Pemprov DKI pun tidak masalah. ”Dulu (mengeluarkan anggaran itu) enggak masalah. Yang penting, prinsip kami, masyarakat terlayani,” ujar Jokowi.


Belum terlibat

Di Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kota Depok, ada 47 RS yang diajak bergabung oleh BPJS dalam program JKN.

Jumlah itu terdiri dari 29 RS yang bersedia bekerja sama dan 18 RS yang belum mau terlibat. Yang belum bersedia terlibat terdiri dari 3 RS di Kota Bogor, 6 RS di Kota Depok, dan 10 RS di Kabupaten Bogor.

Kepala Kepesertaan dan Pelayanan Pelanggan BPJS Kesehatan Cabang Utama Bogor Budi Santoso mengatakan, RS yang belum bersedia terlibat dipastikan berstatus swasta. ”Kalau rumah sakit pemerintah wajib ikut, sedangkan yang swasta belum diwajibkan,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com