Mutia dan rekan-rekannya memulai kegiatan sosial itu pada malam hari ini, sampai dengan Minggu (19/1/2014) pagi. Mereka melakukan berbagai kegiatan, mulai dari mencuci piring, memotong dan membersihkan sayuran, dan memasak nasi.
Menurut Mutia, yang mengaku tinggal di Cipinang, Jakarta Timur, ia membantu korban banjir karena pernah mengalami musibah itu pada 2007. Pengalaman itu juga yang membuat orang tua Mutia mengizinkan anak mereka terjun langsung membantu korban banjir.
"Yang jelas (orang tuaku) bangga, anaknya bisa turun langsung," ujar Mutia.
Rekan Mutia, Mentari Ema Puspita (15) dan Maidi Wulandari (15), tidak punya pengalaman banjir seperti Mutia, tetapi mereka mengaku gembira bisa membantu sesama.
"Dibawa senang saja. Jadi enggak ada rasa capai," ujar Maidi.
Sementara itu, menurut Mentari, para relawan akan tetap berada di GOR Otista untuk membantu korban banjir hingga waktu yang belum ditentukan. Meski begitu, Mentari mengaku tak memikirkan hal itu. Menurutnya, yang penting adalah keberadan dirinya dan rekan-rekannya bermanfaat untuk sesama.
"Aku seneng (bisa bantu mereka)," ujar Mentari.
Sementara itu, koordinator relawan itu, Machmud MS mengatakan, tim relawan itu terdiri dari pelajar SMP, SMA, dan mahasiswa. Menurutnya, para pelajar itu mengikuti kegiatan sosial itu karena keinginan sendiri.
"Kalau yang putri ada di dapur, kalau laki-laki membersihkan barang, lalu mengepel, dan pekerjaan apa pun yang bisa mereka lakukan," ujarnya.
Machmud menjelaskan, kegiatan sosial di GOR Otista menjadi pengalaman pertama menghadapi korban bencana bagi sebagian relawan. Meski begitu, lanjutnya, orang tua mereka tetap menunjukkan dukungan dan bersikap positif.
"Tadi ada orangtua dari Kecamatan Makasar, dia bangga lihat anaknya bisa gendong anak bayi. Bantu evakuasi bayi yang dievakuasi bawa ke sini," tuturnya.
Mengenai pendidikan para relawan, Machmud mengatakan bahwa pelajar SMP dan SMA tetap belajar di sekolah seperti biasa dan sementara mereka bersekolah, kegiatan sosial di GOR Otista ditangani oleh para mahasiswa.
"Kalau mereka sekolah, diganti sama (relawan) yang perguruan tinggi yang sedang tidak kuliah. Jad ada shift-nya," tambah Machmud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.