Reklame yang penuh logo parpol dan foto caleg ternyata hanya dilirik sekilas oleh warga. Lebih dari 60 persen warga di Ibu Kota dan sekelilingnya merasa tidak mengenal lebih dekat dengan para calon wakil rakyat meskipun menemukan promosi caleg di mana-mana. Mereka juga mengaku tak bertambah akrab dengan jargon, visi, dan misi yang dilemparkan oleh para caleg lewat papan-papan iklan.
Menurut para responden, iklan para caleg memuat kata-kata yang standar, tidak menarik, dan mengumbar janji. Pendek kata, reklame kurang persuasif.
Minimnya ketertarikan masyarakat berujung pada rendahnya kenaikan popularitas caleg yang sebenarnya berpotensi didongkrak lewat pemasangan iklan luar ruang. Mayoritas peserta jajak pendapat mengaku keberadaan iklan-iklan ini tidak bisa memengaruhi pilihan mereka.
Hal ini terjadi karena ketiadaan pertimbangan yang matang dalam pembuatan reklame, misalnya promosi yang dipasang tidak jelas ditujukan kepada siapa. Hasilnya, uang dan tenaga terbuang. Tambahan dukungan suara dari masyarakat pun akan kurang signifikan.
Merusak estetika kota
Kehadiran iklan para caleg tidak hanya melanggar aturan, tetapi juga dinilai oleh sebagian besar peserta jajak berlebihan dan mengganggu. Lebih dari separuh responden mengungkapkan bahwa pemasangan promosi calon wakil rakyat yang dipasang sembarangan telah mengganggu pemandangan dan dianggap telah mengacaukan wajah Ibu Kota dan sekitarnya.
Sudut-sudut kota yang sudah penuh dengan kendaraan semakin sesak dengan hadirnya spanduk dan baliho caleg. Sejumlah warga Jabodetabek lainnya juga menyesalkan keberadaan reklame yang telah merusak pohon-pohon dan mengotori lingkungan.
Lalu, bagaimana cara merebut hati rakyat? Hampir seluruh responden menganggap komunikasi yang lebih efektif untuk menjangkau calon pemilih adalah dengan mendekatkan jarak antara caleg dan pemilik suara, yakni dengan cara menyambangi langsung para pemilik suara.
Iklan kampanye yang berjarak tidak akan mampu menyentuh masyarakat dan memenangkan hati mereka.
(Litbang Kompas/Susanti Simanjuntak S) Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.