JAKARTA,KOMPAS.com — Sepanjang mata memandang, hanya ada tumpukan puing sisa-sisa bangunan yang baru saja dibongkar oleh polisi pamong praja. Debu pun masih bertebaran di sekitar tempat tersebut. Tidak ada lagi yang berdiri tegak layaknya bangunan normal. Kayu-kayu penyangga bangunan tergeletak begitu saja di tanah, bahkan masih ada paku yang menempel, tanda pencabutan secara paksa.
Kondisi seperti itu tampak nyata di lokasi penggusuran bangunan di RT 11-12 RW 02, Kelurahan Bendungan Hilir, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (20/2/2014) siang. Warga setempat mengenalnya sebagai warung menara sutet karena letaknya dekat dengan menara saluran udara tegangan ekstra tinggi (sutet).
Setidaknya, ada 40 unit bangunan yang menjadi sasaran pembongkaran sepanjang sisi Jalan Gatot Subroto tersebut. Menurut Ikshan (43), warga RT 12 yang sudah tinggal di sana sejak 1992, proses penggusuran pada Kamis kemarin berlangsung secara tiba-tiba. Warga yang terkena gusur hanya mendapatkan surat peringatan sehari sebelum penggusuran. Jadwal penggusuran pun tidak dikomunikasikan dengan jelas. Warga pun kaget karena tiba-tiba satpol PP datang dan membongkar bangunan tersebut pada Kamis pagi.
"Kayak orang lagi tidur, terus disiram air," ujar Ikshan mengumpamakan kejadian penggusuran tersebut.
Warga terpaksa buru-buru membereskan barang-barang di rumah dan warung mereka. Ada bangunan yang kosong ditinggal pemiliknya karena sedang bekerja sehingga warga yang masih di sana harus menghubungi pemiliknya. Pada akhirnya, mereka yang sedang bekerja terpaksa kembali pulang menyelamatkan harta bendanya sebelum dibongkar petugas.
Seusai proses penggusuran, warga kebingungan. Mereka tidak tahu harus pindah ke mana. Penggusuran yang terjadi tiba-tiba menyebabkan penghuni bangunan dekat sutet tersebut harus segera mencari tempat tinggal sementara.
Salah satu yang kebingungan adalah Tugiman alias Jenggot (34) beserta istri, Retno (25). "Kita mau kok pindah, tapi jangan begini caranya," kata Tugiman kepada Kompas.com, kemarin.
Saat ditemui, Tugiman dan istrinya hanya duduk di dekat reruntuhan bangunan sambil menjaga beberapa tas dan bungkusan milik mereka. Tugiman mengatakan, dari desas-desus yang ada, penggusuran seharusnya dilaksanakan pada Minggu (23/2/2014) lusa. Nyatanya, penggusuran berlangsung kemarin dan mendadak. "1 x 24 jam itu enggak cukup," tutur Tugiman.
Warga RT 11 dan 12 yang berada tepat di sisi Jalan Gatot Subroto mendapatkan dua kali surat peringatan. Surat pertama tertanggal 10 Februari 2014 dan yang kedua diberikan pada Rabu (19/2/2014).
Kejanggalan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.