Basuki menduga ada indikasi kecurangan dalam proyek tersebut dan menyerahkan seluruh kewenangan proses pemeriksaan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). "Kami merasa ada indikasi permainan, tapi bukti susah," kata dia di sela blusukan, Kamis (27/2/2014).
Basuki pun mempertanyakan bagaimana bisa bus bagus yang diharapkan masyarakat tetapi justru yang datang adalah bus jelek. "Padahal, kita sudah ada contoh (pengadaan bus yang bagus), Bogota dan Singapura ada," kata dia.
Namun demikian, Basuki berharap tak akan ada lagi masalah dari bus-bus yang didatangkan dari China. Apalagi, Pemprov DKI berencana mendatangkan 4.000 bus baru yang juga berasal dari China pada tahun ini.
Tambahan armada bus, harap Basuki, bisa meningkatkan pelayanan, terutama memperpendek jarak waktu kedatangan bus di halte. "Di koridor 1 (Blok M-Kota) itu idealnya satu menit sekali (bus datang). Yang (koridor) lain idealnya tiap tujuh menit," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, lima dari 90 bus transjakarta bermerek Yutong dan 10 dari 18 BKTB bermereka Ankai, yang semuanya merupakan bus baru, mengalami kerusakan pada beberapa komponen. Misalnya, banyak komponen yang berkarat, berjamur, dan beberapa instalasi tampak tidak dibaut.
Bahkan, ada bus yang tidak dilengkapi dengan fanbelt. Kondisi itu memicu tidak beroperasinya sejumlah bus seusai diluncurkan beberapa waktu lalu. Bus transjakarta dibeli dengan harga Rp 3,7 miliar per unit, sedangkan BKTB dibeli dengan Rp 650 juta per unit.
Usut punya usut, ditemukan pula kejanggalan dalam proses pengadaan bus. Perusahaan yang mendatangkan bus itu, PT San Abadi, ternyata bukan pemenang tender pengadaan bus. Perusahaan ini hanya subkontraktor dari PT Saptaguna Dayaprima, satu dari lima pemenang tender.
Pada Senin (24/2/2014) pagi, sejumlah warga yang menamakan diri Forum Warga Jakarta mendatangi Gedung KPK untuk melaporkan kasus tersebut. Mereka mengklaim telah mengumpulkan sejumlah bukti dugaan korupsi dalam proses pengadaan bus ini, di antaranya, dokumen tender serta foto komponen bus yang berkarat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.