Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Curiga Bus Transjakarta Terbuat dari Seng

Kompas.com - 05/03/2014, 07:44 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menduga, bus-bus transjakarta dan bus kota terintegrasi bus transjakarta (BKTB) yang didatangkan dari China beberapa waktu lalu spesifikasinya dibuat sesuai dengan permintaan pembeli. Ia curiga perusahaan pemenang tender telah memesan bus dengan spesifikasi yang buruk demi menekan harga.

Basuki menjelaskan, di China, pembeli barang memang bisa memesan sendiri spesifikasi barang sesuai dengan keinginannya. "Sama kayak bus, bisa saja spesifikasi mesin dan CC-nya benar, tapi metalurgi pengecoran logam, sengnya lebih banyak 70 persen. Makanya, lewat hawa laut saja langsung berkarat karena sengnya terlalu tipis," kata pria yang akrab disapa Ahok ini di Balaikota Jakarta, Selasa (4/3/2014).

Karena itu, Ahok berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera turun menyelidiki proyek tersebut. Kalaupun nantinya tidak ditemukan kesalahan dalam proses pembelian, ia berharap KPK mengambil tindakan seperti yang mereka lakukan saat menyelidiki proyek pengadaan truk pemadam kebakaran beberapa tahun lalu, yakni dengan cara membedah barang proyek yang tengah diselidiki.

"Karena harganya murah, dibedah saja kayak kasus Damkar, dibandingkan dengan di China. Wajar enggak metalurgi seperti itu. Sasis, badan juga, kalau pakai pelat seng biskuit Khong Guan itu beda lho," ucap Basuki.

"Makanya, saya tunggu KPK periksa saja. Tidak usah saya yang lapor juga sudah orang lain yang lapor, KPK mesti bergerak dong. (Nilai proyeknya) Rp 3 triliun lho, masa tidak mau bergerak?" katanya lagi.

Basuki mengakui selama ini dia telah kecolongan. Ia tidak menyangka jika pengawasan 50 orang anggota Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), pengawasan internal dari Inspektorat Provinsi, serta ditambah sikapnya yang galak, tak juga membuat jajarannya takut untuk melakukan penyelewengan.

Beberapa saat lalu, sejumlah warga Jakarta yang menamakan diri Forum Warga Jakarta telah melaporkan dugaan penyelewengan proyek tersebut ke KPK. Hal itu menyusul penemuan lima unit bus baru transjakarta dan 10 unit bus baru BKTB yang beberapa komponennya mengalami rusak dan berkarat.

Ketua KPK Abraham Samad mengungkapkan, pihaknya telah menindaklanjuti dugaan penyimpangan pada kasus pengadaan bus transjakarta dan BKTB. "Kalau KPK yang selidiki, kita kan tidak akan menyampaikannya kepada publik karena itu kan sudah kegiatan intelijen," ujarnya saat berkunjung ke Balaikota Jakarta, Selasa (4/3/2014) siang.

Inspektorat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah selesai melakukan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan bus transjakarta dan BKTB pada pekan lalu. Hasilnya, Dinas Perhubungan DKI Jakarta terbukti melakukan penyimpangan pada pengadaan bus. Berkas laporan dari Inspektorat DKI nantinya akan segera ditindaklanjuti oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com