Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Media Sosial, Berujung Kematian

Kompas.com - 08/03/2014, 08:02 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Satu bulan lalu, Desi Ekasari (19) berkenalan dengan IA (26) melalui media sosial Facebook. Entah siapa yang memulai, tetapi keduanya akhirnya berteman, lalu berinteraksi layaknya muda-mudi merintis kasih.

Desi mengenalkan diri sebagai seorang pramugari, sementara IA mengaku lulusan Akademi Kepolisian (Akpol). Cinta pun bersemi. Keduanya kian sering berhubungan di situs jejaring itu.

Pada Minggu (2/3) malam, IA memutuskan ”kopi darat”. IA mengajak Desi bertemu di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Selain jalan-jalan, IA berjanji mengenalkan Desi ke orangtuanya. IA mengaku serius mengajak Desi melangkah ke pelaminan.

IA dan Desi akhirnya bertemu di Kota Tua. Setelah jalan, menurut pengakuan IA, dia mengajak Desi naik bajaj menuju rumahnya di daerah Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Namun, IA turun di daerah yang gelap di bawah saluran udara tegangan tinggi Elang Laut di Jalan Pantai Indah Barat di Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan.

Desi langsung curiga. Dia menanyakannya ke IA. Namun, IA meminta Desi ikut saja. Dia menyeret Desi ke kegelapan, di antara pepohonan dan lahan kosong di kawasan itu. IA berencana memerkosa Desi.

Desi memberontak dan berusaha melepaskan diri. IA kian nekat melampiaskan nafsu. Dia memukul dan menusuk Desi dengan alat pahat berulang di bagian kepala dan leher.

IA diduga tidak dapat ”menghabisi” Desi. Takut diketahui orang, IA lalu membekap Desi dengan kerudung. Di tengah kepayahan itu, IA memerkosa Desi.

Desi mengembuskan napas terakhir. Sebelum kabur, IA mengambil dompet dan telepon Desi, lalu memasukkan kepala Desi ke lubang tanah dan menyamarkan jasadnya dengan ilalang dan rumput liar.

Lacak telepon

Jenazah Desi ditemukan oleh tenaga pengamanan kompleks setempat pada Senin siang. Kepala korban di lubang, sementara setengah badan di atas tanah. Sejumlah barang tercecer di radius 10-20 meter, seperti sepatu biru tua, celana dan jaket coklat, serta telepon genggam.

Kepala Polsek Metro Penjaringan Ajun Komisaris Besar Suyudi Ario Seto mengatakan, korban melawan dan pelaku panik sehingga sebagian barang tercecer. Pelaku membawa kabur isi dompet, satu telepon genggam, dan identitas milik korban.

Menurut Suyudi, aksi IA tak berhenti pada Minggu malam. Senin siang, IA mengontak orangtua Desi di Pemalang, Jawa Tengah. IA mengabarkan telah menculik Desi dan dia meminta uang tebusan Rp 50 juta.

”Dalam perkenalan di media sosial, menurut keterangan tersangka, Desi mengaku berasal dari keluarga kaya, punya beberapa mobil. Atas dasar itu, IA terpancing menguasai harta milik korban,” ujar Suyudi.

Orangtua Desi, lanjut Suyudi, bingung mengetahui kabar dari IA. Mereka merasa anaknya sedang terancam. Senin malam, mereka berangkat ke Jakarta.

Keluarga Desi lalu menghubungi polisi. Menurut keterangan tersangka dan beberapa saksi lain, keluarga Desi tidak segera memenuhi permintaan tebusan. Mereka baru mengetahui Desi telah tewas saat tiba di Jakarta.

Setelah dua hari penyelidikan, polisi menemukan titik terang pembunuh Desi. Penyidik melacak salah satu telepon genggam korban yang dibawa kabur IA.

Pada Kamis pagi, polisi menggerebek IA di lokasi kerjanya di kompleks pergudangan di Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan. ”Ketika kami tangkap, tersangka masih tidur,” kata Suyudi.

IA warga Kalianda, Lampung, yang merantau dan bermukim di Jakarta sejak beberapa tahun lalu. Dia telah menikah dan memiliki seorang anak.

Kepada penyidik, IA mengaku telah dua kali menipu melalui media sosial. Di depan Markas Polsek Metro Penjaringan, IA menundukkan kepala.

IA mengaku nekat membunuh Desi karena butuh uang.

Akan tetapi, Desi ternyata tidak sekaya seperti yang dikisahkan di media sosial. Desi mengaku berasal keluarga kaya, tetapi telepon genggamnya hanya seharga ratusan ribu rupiah. Uang di dompetnya juga hanya belasan ribu rupiah. Dia bukan seorang pramugari, melainkan pencari kerja serabutan. Setahun terakhir, Desi pindah dari satu lokasi kerja ke lokasi kerja lain.

Polisi menjerat IA dengan pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman seumur hidup. Seperti kejadian serupa sebelumnya, kisah IA dan Desi mengingatkan lagi tentang perlunya kewaspadaan berinteraksi di dunia maya, khususnya melalui jejaring sosial.(Mukhamad Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria Terseret 150 Meter saat Pertahankan Mobil dari Begal di Bogor

Pria Terseret 150 Meter saat Pertahankan Mobil dari Begal di Bogor

Megapolitan
Mangkirnya Terduga Penipu Beasiswa S3 Filipina, Terancam Dijemput Paksa Apabila Kembali Abai

Mangkirnya Terduga Penipu Beasiswa S3 Filipina, Terancam Dijemput Paksa Apabila Kembali Abai

Megapolitan
Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Megapolitan
Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Megapolitan
14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

Megapolitan
BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

Megapolitan
Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com