Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lika-liku Bisnis "Cabe-cabean" di Jakarta...

Kompas.com - 01/04/2014, 10:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Buat sebagian warga Jakarta, istilan "cabe-cabean" sudah tak asing lagi. Mereka kerap berada di sekitar arena balap motor liar di Jakarta dan juga di perempatan-perempatan. Tarif "cabe-cabean" atau pekerja seks komersial yang berusia belasan tahun mencapai hingga Rp 30 juta.

Lantas, bagaimana bisnis "cabe-cabean" di Jakarta?

Chito, seorang pebalap motor liar yang merangkap sebagai "germo", mengungkapkan lika-liku bisnis "cabe-cabean" di Jakarta. Pelajar SMA ini mengaku mendapat inspirasi menggeluti bisnis ini dari Farhan (bukan nama sebenarnya), temannya. Kini, Farhan dikatakan telah meraup untung banyak dari bisnis "cabe-cabean".

Ia menceritakan, Farhan menjual pacarnya sendiri. Pacar Farhan ini awalnya "cabe" balapan liar. Mereka baru berpacaran empat bulan. Sang pacar tertarik karena Farhan kerap menang di arena balap liar.

Farhan awalnya berprofesi sebagai joki balap liar. Dia yang merayu pacarnya agar mau menjual kegadisannya. "Daripada saya yang pakai sendiri tidak saya bayar, lebih baik orang lain," ujar Chito meniru ucapan Farhan.

Harga kegadisan pacar Farhan terjual Rp 38 juta di Kemayoran. Farhan menjualnya sendiri di Kemayoran, Jakarta Pusat. Ia mengincar orang-orang tua yang nongkrong di situ. Kemudian, pembelinya adalah seorang lelaki tua bermobil sedan putih mengilap dan baru.

Adalah Chito yang mengantar dan menunggu sampai selesai. Selanjutnya, uang tersebut dibagi tiga. "Cabe" mendapat Rp 30 juta, Farhan sebesar Rp 5 juta, dan Chito sisanya.

Farhan kemudian mengembalikan uang sebesar Rp 5 juta itu ke arena balap liar. Dia membongkar motor matic-nya habis-habisan, menaikkan kapasitas mesin motor matic-nya dengan meng-oversize mesin, mengganti ban depan dan belakang dengan ban kecil, mengecat motornya dengan teknik air brush.

Inilah "lingkaran setan" di dunia balap liar. Ada "cabe" yang masih gadis atau tidak, ada motor yang butuh dana, serta uang taruhan. "Cabe" yang masih gadis dijual, lalu uangnya kembali lagi ke arena balap liar. Uang ini digunakan untuk taruhan dan memodifikasi motor.

Dioper

Chito mengatakan, menjual "cabe" yang masih gadis lebih sulit. Ada istilah "dioper" dalam bisnis "cabe" gadis. Dioper berarti dijual oleh pihak ketiga atau pihak lain. Makanya, tidak heran kalau tarifnya semakin mahal. Belum lagi ada istilah "uang berisik". Uang ini diberikan konsumen ke penjual terakhir. Besarannya beragam, tergantung kesepakatan, berkisar Rp 500.000 sampai Rp 2 juta.

Selengkapnya, baca juga:
Tarif "Cabe-cabean" di Jakarta Rp 30 Juta
Mengenal "Cabe-cabean" di Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com