Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Cabe-cabean" Marak, Kawasan Balap Liar di Kembangan Diawasi

Kompas.com - 02/04/2014, 09:04 WIB
Nadia Zahra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya kasus prostitusi yang didalangi oleh "cabe-cabean" di daerah Kembangan, sedang diteliti oleh Sudin Sosial Jakarta Barat. Untuk "membersihkannya", kawasan CNI yang kerap menjadi arena balap liar akan diawasi Satpol PP.

"Dinas Sosial kerja sama dengan dinas terkait seperti Dinas Pendidikan, Satpol PP dan juga masyarakat," kata Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, Ika Yuli, Rabu (2/4/2014).

Jika termonitor berkali-kali para remaja tersebut berkumpul pada malam hari, dan melanggar ketertiban, pihak Dinas Sosial akan memberi tindakan tegas. Para remaja tersebut akan dibawa ke panti sosial untuk diberikan penyuluhan.

Menurut Ika, pihaknya juga sedang meneliti fenomena "cabe-cabean" yang bermakna "pedas-pedas menantang". Menurutnya, permasalahan sosial itu sudah sejak dulu. "Mereka disebut WTS atau PSK. Sekarang diperhalus jadi "cabe-cabean"," ujarnya.

"Intinya, upaya mereka tersebut adalah menjual diri pada lelaki hidung belang dan mendapatkan uang dengan cara yang tidak benar," katanya lagi.

Menurut Ika, anak usia belia itu antara 14-19 tahun masih mencari jati diri, sehingga bila masuk ke dunia gemerlap malam akan terpengaruh oleh hal-hal negatif.

"Kalau mereka keluyuran atau nongkrong malam-malam, bisa terpengaruh hal negatif dari sesama temannya juga. Seperti narkoba, rokok, tawuran, kriminalitas bahkan prostitusi," paparnya saat dihubungi wartawan.

Lanjut Ika, faktor yang melatarbelakangi maraknya kasus cabe-cabean ini adalah, pergaulan yang salah, pendidikan rendah, kultur yang menyimpang, ekonomi dan agama. Kompleksitas permasalahan inilah yang menimbulkan remaja nekat terjerumus dunia prostitusi.

"Peran guru dan orang tua juga sangat penting di sini agar menciptakan anak tersebut tidak salah langkah dan menjadi anak yang baik positif," ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Kasudin Dikdas, Delly Indirayati. Menurutnya, pemberitaan media akan fenomena ini justru menjadi warning bagi remaja lainnya agar tidak terpengaruh. Adapun kemunduran mental dan minimnya keimanan seseorang juga menjadi faktor utama.

"Tren ini (cabe-cabean) membahayakan. Bisa menciptakan generasi penerus bobrok. Seyogianya, langkah preventif dilakukan orang tua di rumah dan guru di sekolah," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Megapolitan
Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com