"Dinas Sosial kerja sama dengan dinas terkait seperti Dinas Pendidikan, Satpol PP dan juga masyarakat," kata Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, Ika Yuli, Rabu (2/4/2014).
Jika termonitor berkali-kali para remaja tersebut berkumpul pada malam hari, dan melanggar ketertiban, pihak Dinas Sosial akan memberi tindakan tegas. Para remaja tersebut akan dibawa ke panti sosial untuk diberikan penyuluhan.
Menurut Ika, pihaknya juga sedang meneliti fenomena "cabe-cabean" yang bermakna "pedas-pedas menantang". Menurutnya, permasalahan sosial itu sudah sejak dulu. "Mereka disebut WTS atau PSK. Sekarang diperhalus jadi "cabe-cabean"," ujarnya.
"Intinya, upaya mereka tersebut adalah menjual diri pada lelaki hidung belang dan mendapatkan uang dengan cara yang tidak benar," katanya lagi.
Menurut Ika, anak usia belia itu antara 14-19 tahun masih mencari jati diri, sehingga bila masuk ke dunia gemerlap malam akan terpengaruh oleh hal-hal negatif.
"Kalau mereka keluyuran atau nongkrong malam-malam, bisa terpengaruh hal negatif dari sesama temannya juga. Seperti narkoba, rokok, tawuran, kriminalitas bahkan prostitusi," paparnya saat dihubungi wartawan.
Lanjut Ika, faktor yang melatarbelakangi maraknya kasus cabe-cabean ini adalah, pergaulan yang salah, pendidikan rendah, kultur yang menyimpang, ekonomi dan agama. Kompleksitas permasalahan inilah yang menimbulkan remaja nekat terjerumus dunia prostitusi.
"Peran guru dan orang tua juga sangat penting di sini agar menciptakan anak tersebut tidak salah langkah dan menjadi anak yang baik positif," ujarnya.
Hal senada juga dikatakan Kasudin Dikdas, Delly Indirayati. Menurutnya, pemberitaan media akan fenomena ini justru menjadi warning bagi remaja lainnya agar tidak terpengaruh. Adapun kemunduran mental dan minimnya keimanan seseorang juga menjadi faktor utama.
"Tren ini (cabe-cabean) membahayakan. Bisa menciptakan generasi penerus bobrok. Seyogianya, langkah preventif dilakukan orang tua di rumah dan guru di sekolah," ujarnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.