Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pristono Pucat Seusai Diperiksa soal Kasus Bus Berkarat

Kompas.com - 08/04/2014, 08:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Langkah mantan Kepala Dinas DKI Jakarta Udar Pristono gontai ketika keluar dari Kejagung, Jakarta, sekitar pukul 19.30, Senin (7/4/2014). Wajahnya terlihat pucat setelah diperiksa selama 8 jam terkait kasus bus berkarat.

Pristono terlihat mengalami kelelahan setelah berada di Gedung Bundar 11,5 jam untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi kasus dugaan korupsi pengadaan bus transjakarta dan bus kota terintegrasi busway (BKTB) berkarat.

Ketika dikerumuni wartawan yang sudah menunggu sejak Senin siang, Pristono memilih tidak banyak bicara. "Pak Udar, Pak Udar. Sehat Pak? Siap Jadi tersangka Pak?" ujar seorang wartawan bertubuh tambun sesaat Pristono keluar dari ruang pemeriksaan penyidik Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung.

Pristono semalam tampak mengenakan baju batik hijau. Dia tak tersenyum sedikit pun kepada para wartawan.

Wartawan cepat mengelilingi Pristono. Wartawan memberondong dengan sejumlah pertanyaan. "Terkait status saya, silakan tanya ke tim penyidik Jampidsus Kejagung saja. Tadi saya diajukan 12 pertanyaan," ujar Pristono kepada wartawan.

Tak sampai tiga menit, Pristono cepat masuk ke mobil Toyota Avanza. Dia duduk di kursi belakang. Penumpang di kursi depannya sengaja memajukan bangkunya agar Pristono bisa duduk lebih lega.

Sebelum meninggalkan kerumunan wartawan, Pristono membuka kedua kacanya. Dia tak menyandarkan punggungnya. Lagi-lagi wartawan memanggil mantan Kadishub DKI Jakarta ini.

Pewarta foto yang mengambil gambar Pristono dari sebelah kanan meminta dia melambai. Lagi-lagi dengan panggilan Udar. Dengan senyum kecut Udar melambai. Lampu kilat menyala. Udar kemudian pergi dan menutup kaca mobilnya.

Berdasarkan informasi yang diterima para wartawan, Pristono datang ke ruang pemeriksaan Jampidsus Kejagung tiga jam sebelum pemeriksaan dimulai. Jadwal pemeriksaan Pristono pukul 11.00, tetapi pukul 08.00 Pristono sudah datang.
Menurut sejumlah petugas keamanan, sejak datang pukul 08.00 dan diperiksa pukul 11.00, Pristono tak pernah ke toilet. Padahal dia baru keluar pukul 19.30 atau 11,5 jam setelah dia tiba di Gedung Bundar Kejagung.

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Widyo Pramono sudah keluar lebih dulu satu setengah jam sebelum Pristono keluar ruang pemeriksaan. Sejak Pramono keluar dari kantornya, dia sudah memastikan Pristono belum jadi tersangka.

"Nanti dalam pemeriksaan berikutnya baru ada tersangka baru. Tapi, kami masih bekerja keras dan semuanya dibawah kontrol kami," ujar Pramono kepada wartawan.

Kemarin ada tiga orang yang diperiksa penyidik Jampidsus Kejagung. Selain mantan Kadishub DKI Jakarta Udar Pristono, dua orang lainnya adalah Direktur CV Laksana Iwan Herianto Arma dan Sekretaris Panitia Lelang, Paidi.

Berdasarkan rilis Kapuspenkom Kejagung, Pristono merupakan saksi dalam pemeriksaan menjelaskan mengenai proses pengadaaan hingga hasil pelaksanaan. Lalu kegiatan pengadaan dan serah terimanya, sebab Pristono bertindak sebagai pengguna kuasa anggaran (PKA).

Kemudian saksi Iwan Herianto Arman menjelaskan terkait dengan keberadaan CV Laksana. Perusahaan ini melakukan kerja sama dengan PT Korindo Motors sebagai salah satu perusahaan pemenang lelang pengadaan. Dari keterangan Iwan, didapat informasi bahwa bodi bus tempel dibangun di atas chasis bus tempel.

Sementara itu, saksi Paidi menjelaskan mekanisme dan kronologi pelaksanaan kegiatan lelang pengadaan bus transjakarta dan BKTB. Selain itu, Paidi juga menjelaskan tentang peremajaan Angkutan Umum Reguler untuk 15 paket pekerjaan, termasuk pengusulan para pemenang lelang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com