Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dijanjikan Rp 2,4 Juta, Gaji Petugas Kebersihan Malah Tertunda 4 Bulan

Kompas.com - 16/04/2014, 14:31 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kisah pilu para petugas kebersihan di DKI Jakarta yang telat gajian masih terjadi. Setelah dijanjikan gaji Rp 2,4 juta, para petugas kebersihan di Jakarta Timur malah belum dibayar selama empat bulan.

Para petugas kebersihan itu terdaftar sebagai pekerja kontrak di Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur. Mereka mengaku berutang sampai jutaan rupiah untuk menutupi biaya hidup sehari-hari.

Sandy (50), salah seorang petugas kebersihan di kawasan Perempatan Lampu Merah Tamini Square, menuturkan, sejak Januari 2014, setelah dialihkan dari perusahaan swasta menjadi petugas kebersihan DKI, gaji yang dijanjikan sebesar Rp 2,4 juta tak kunjung diterima.

"Dari Januari kita diperbantukan di Sudin. Dijanjiin Rp 2,4 juta perbulan. Tapi sampai sekarang belum dibayar dan belum ada kabar," kata Sandy, saat berbincang di lokasi, Rabu (16/4/2014).

Padahal, kata dia, sejak dialihkan dari pihak swasta, mereka sudah menandatangi buku rekening Bank DKI yang nantinya digunakan untuk menerima pembayaran gaji. Meski demikian, sejak awal, buku tabungan Bank DKI miliknya tidak pernah dibagikan oleh pihak Suku Dinas Kebersihan.

"Waktu itu kita sudah teken kontrak, buku tabungan rekening kita sudah lihat, tapi belum dibagikan. Masih ada di kasie (kepala seksi)nya," ujar Sandy.

Selama bekerja di pihak swasta selama 3 tahun, lanjutnya, gaji yang diterimanya sebesar Rp 900.000. Pembayarannya lancar.

Sandy mengaku sudah menanyakan mengenai masalah mandeknya pembayaran gaji tersebut kepada pihak Suku Dinas Kebersihan Jaktim.

"Sudah pernah nanya katanya dari atasan belum turun. Dari kemarin-kemarin bulan lalu juga bilangnya minggu ini, bulan ini, tapi seterusnya ya begini saja," ujar Sandy.

Akibat hal ini, utangnya pun menumpuk sampai jutaan rupiah untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Dia menggadai sebuah sepeda motor Honda Supra Fit miliknya di tetangga sebesar Rp 2,5 juta untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Saya juga punya utang Rp 1,2 juta di warung buat ambil beras, gula, dan kopi. Tapi sampai sekarang belum bisa bayar," ujar Sandy.

Warga Kampung Tengah, Kramat Jati itu juga terpaksa berjalan kaki untuk bekerja karena tidak memiliki uang transport. Selain itu, ia memiliki tanggung jawab terhadap seorang putra, Angger Putra (9) yang masih duduk di bangku kelas III SD. Istri Sandy, Sri Ningsri (40), yang juga bekerja sebagai petugas kebersihan juga mengalami nasib serupa. Gajinya juga belum tertahan.

Nasib tersebut, menurutnya, juga dialami beberapa temannya lainnya. Ada sekitar 10 petugas kebersihan yang gajinya belum dibayarkan. Sandy berharap agar gajinya dengan beberapa temannya itu dapat segera dibayarkan oleh pemerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Megapolitan
Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Megapolitan
Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan 'Food Estate' di Kepulauan Seribu

Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan "Food Estate" di Kepulauan Seribu

Megapolitan
Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Megapolitan
Pengeroyokan Warga oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus Mencekam, Warga Ketakutan

Pengeroyokan Warga oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus Mencekam, Warga Ketakutan

Megapolitan
'Update' Kecelakaan Beruntun di Gerbang Tol Halim Utama, Total 9 Mobil Terlibat

"Update" Kecelakaan Beruntun di Gerbang Tol Halim Utama, Total 9 Mobil Terlibat

Megapolitan
Oknum TNI Diduga Keroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus, Warga: Itu Darahnya Masih Ada

Oknum TNI Diduga Keroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus, Warga: Itu Darahnya Masih Ada

Megapolitan
Polda, Polri, dan Kejati Tak Bacakan Jawaban Gugatan MAKI Terkait Desakan Tahan Firli Bahuri

Polda, Polri, dan Kejati Tak Bacakan Jawaban Gugatan MAKI Terkait Desakan Tahan Firli Bahuri

Megapolitan
Oknum TNI Aniaya 4 Warga Sipil di Depan Mapolres Jakpus

Oknum TNI Aniaya 4 Warga Sipil di Depan Mapolres Jakpus

Megapolitan
Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemberian 'THR Lebaran' untuk Warga Terdampak Bencana

Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemberian "THR Lebaran" untuk Warga Terdampak Bencana

Megapolitan
Dua Karyawan SPBU Karawang Diperiksa dalam Kasus Bensin Dicampur Air di Bekasi

Dua Karyawan SPBU Karawang Diperiksa dalam Kasus Bensin Dicampur Air di Bekasi

Megapolitan
Soal Urgensi Beli Moge Listrik untuk Pejabat, Dishub DKI: Targetnya Menekan Polusi

Soal Urgensi Beli Moge Listrik untuk Pejabat, Dishub DKI: Targetnya Menekan Polusi

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di DKI Jakarta Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di DKI Jakarta Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Gagal Rekonstruksi karena Sakit, Gathan Saleh Dibawa ke Dokter

Gagal Rekonstruksi karena Sakit, Gathan Saleh Dibawa ke Dokter

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com