Namun, hal tersebut malah membuat beberapa calon penumpang yang ditemui Warta Kota, Senin (21/4), di Halte PGC 2, Jakarta Timur, protes. Salah satunya adalah Rere (40), warga Cipayung, Jakarta Timur. Rere yang akan ke Tanjung Priok, Jakarta Utara, mengaku kesal dengan kebijakan harus menggunaan e-ticket transjakarta.
"Kebijakan itu hanya bikin ribet. Mungkin tidak ribet bagi pegawai atau karyawan yang sering menggunakan transjakarta. Tapi, bagi yang jarang menggunakan transjakarta, sepertinya nggak perlu pake e-ticket. Cash aja cukup kok," ujar Rere kesal.
Hal serupa juga diungkap Lia (44), warga Duren Tiga, Jakarta Selatan. Lia mengaku terpaksa harus berjalan kaki ke halte PGC 1 yang tak jauh dari lokasi. "Haduh haduh, mau buru-buru begini aku Pak. Ada-ada aja deh pihak busway, bikin ribet," tutur Lia yang kecewa dengan keharusan membeli e-ticket.
Sementara, warga lainnya, Deni (35), mengaku tidak berkeberatan atas aturan baru tersebut. "Mungkin dengan pakai e-ticket, kita nggak perlu antre lagi," ujar Deni yang ditemui di Halte Kalideres, Jakarta Barat.
Meski Deni mengaku bukan penumpang rutin bus transjakarta, dirinya tidak menolak aturan tersebut. Awalnya, Deni mengaku terkejut. Deni mengira harga tiket bus transjakarta jadi Rp 20.000
"Ternyata, tiket itu dapat digunakan berkali-kali. Ini lebih baik, ketimnbang harus antre membeli tiket," ungkap Deni. (ml/m2/sab)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.