"Pemulihan terhadap anak diajak ke psikiater seminggu sekali. Psikiater menggali dan berusaha membuat L agar tidak tertekan," kata B, Selasa (20/5/2014).
Dalam pemulihan trauma L, lanjutnya, keluarga memercayakan kepada tim dokter yang terdiri atas delapan orang. Terakhir pemeriksaan terhadap L, kata B, dilakukan visum dan tes psikologis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Dari hasil visum terdapat luka banyak ruam-ruam (iritasi) merah di sekitar dubur," ujar B.
Dalam waktu dekat, L juga akan melakukan pemeriksaan darah untuk mengecek kemungkinan adanya virus yang ditularkan oleh terduga pelaku, H atau S. Meski demikian, kata B, L sering merasa takut jika ke akan diperiksa oleh dokter.
Putranya itu juga masih mengalami trauma terhadap pelaku. L kerap kali mengucapkan, "ada orang jahat di sekolah" dan menunjukkan muka yang sedih dan takut setiap membicarakan sekolah.
Selain oleh tim dokter, B mengatakan, pemulihan trauma yang sangat besar juga melalui dukungan. "Sekeluarga selalu mendukung, menghibur, dan ajak bermain," katanya.
L diduga mengalami kekerasan seksual oleh guru ekstrakurikuler tarinya, Miss H atau S. Kekerasan itu diduga dilakukan di dalam kelas. B telah melaporkan kekerasan ini ke Polda Metro Jaya, dan hingga kini kasusnya tengah ditangani oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum.
Adapun tahap penyelidikan oleh pihak kepolisian saat ini yakni melakukan pemeriksaan terhadap beberapa saksi termasuk pengasuh bayi, orangtua, guru, dan terlapor sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.