Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mantan Sopir Bemo Sekolahkan 8 Anaknya hingga Perguruan Tinggi

Kompas.com - 13/06/2014, 07:02 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -- Sofyan Suri (62) tak menyangka dengan apa yang telah diperjuangkan ia dan istrinya, Siti Nasuha (56). Mereka berhasil mengantarkan delapan anaknya mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Sebuah hal yang tak terbayangkan sebelumnya. Ya, Sofyan hanya seorang sopir bemo dan truk. Namun, ia punya keinginan anak-anaknya harus sekolah hingga menjadi sarjana. Tak ingin anak-anaknya mengikut jejaknya yang hanya mengenyam pendidikan di bangku SMP.

Kegigihan Sofyan dan Siti, pasangan yang telah menikah selama lebih dari 40 tahun itu pun, mengantarkan mereka terpilih menjadi juara I dalam Lomba Penilaian Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Kota Jakarta Timur tahun 2014. 

"Saya dulu gagal, makanya anak saya harus bisa sekolah," kata pria yang akrab disapa Bang Ucup ini, Kamis (12/6/2014), saat ditemui di kediamannya, kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Sebenarnya, Sofyan dikaruniai 11 orang anak dari pernikahannya dengan Siti. Akan tetapi, tiga di antaranya meninggal dunia. Dari delapan anaknya, hanya dua orang lagi yang masih kuliah.

"Sekarang tinggal dua saja yang masih kuliah, salah satunya yang paling bungsu itu di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Dia sudah semester VII," ujarnya.

Ia menyebutkan, beberapa anaknya yang menamatkan perguruan tinggi di antaranya Nur Ali Fikri (Diploma III STIE Indonesia Assyafi'iyah; Safinatunnaja (Magister, Universitas Negeri Jakarta--ia tak menyebut jurusannya); Yusliha Amaliah (S1 STIAMI); Aliyah Farhana (Akademi Bahasa Asing UNAS).

Aliyah dan Amaliah bahkan sempat mengikuti pertukaran pelajar ke Korea selama satu tahun. Aliyah, lanjut Sofyan, saat ini menjadi guru bahasa Korea.

Adapun seorang putranya, Daylami Syukroni, masih berstatus mahasiswa di Universitas Islam Jakarta.

Perjuangan, suka duka, pahit dan manis Ibu Kota dijalaninya demi pendidikan anak-anaknya. Sofyan menjadi sopir bemo selama 12 tahun, 1971-1983. Penghasilannya kala itu belum mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga dengan banyak anak. Ia menyebutkan, penghasilannya saat itu berkisar Rp 1.500 hingga Rp 2.500.

Sofyan pun beralih menjadi sopir truk sebuah perusahaan swasta. Penghasilan yang lebih baik diperolehnya. Sofyan mendapatkan pinjaman dari perusahaan tanpa bunga untuk membantu biaya sekolah anak. Meski demikian, bukan berarti ia luput dari masa-masa sulit, terlebih ketika sebagian anaknya mulai berkuliah.

Sang istri pun ikut membantu perekonomian keluarga dengan berjualan es dan kue demi mendapatkan pendapatan tambahan. Ia mengenang, untuk biaya kuliah salah satu anaknya, pasangan ini rela menggadaikan mas kawin pernikahan mereka.

"Saya juga ingat, istri saya pernah goreng telur dua butir, kami bagi delapan. Telur yang dibagi itu sampai kelihatan tipis," ujar Sofyan.

Tak ada perjuangan yang sia-sia. Beberapa anaknya mendapatkan beasiswa, termasuk putri bungsunya yang kini kuliah di Kairo, Mesir. Dari dulu, kata Sofyan, ia tak pernah khawatir dengan jumlah anak banyak dan kemampuannya menghidupi keluarga.

"Guru ngaji saya dulu bilang jangan takut. Sebab yang mengatur dan memberi rezeki itu Allah," katanya.

Kini, Sofyan dan Siti bisa tersenyum bahagia melihat keberhasilan putra putri mereka. "Kami  sekolah enggak sampai selesai tapi kami berkomitmen anak-anak harus selesai kuliah," ujar Siti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com