"Tidak akan ada lagi kegiatan penjelajahan di sekolah tersebut," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta Larso Marbun di Kuningan, Jakarta, Selasa (24/6/2014). Namun, dia memastikan larangan kegiatan penjelajahan alam hanya diberlakukan untuk sekolah ini.
"Di sekolah lain (kegiatan penjelajahan alam) tidak ditutup, tetapi (kejadian) ini harus jadi pelajaran dan evaluasi bagi sekolah," kata Larso. Instruksi soal penghentian semua kegiatan penjelajahan alam di SMA 3, ujar dia, harus dilaksanakan seketika.
Wakil Kepala Sekolah SMA 3 Jakarta La Ode Makbudu mengatakan, Sabhawana sudah dibekukan. "Kami sudah bekukan dan juga akan ditutup," ujarnya.
Makbudu mengatakan, unit kegiatan siswa Sabhawana sudah berdiri sejak 1979. "Ini adalah kegiatan yang ke-36. Sebelumnya tak pernah ada kejadian (peserta kegiatan meninggal) seperti ini," ujar dia.
Kasus kematian Arfiand, kata Makbudu, akan menjadi bahan evaluasi bagi semua kegiatan siswa di sekolah tersebut. Dia pun mengatakan para terduga pelaku kekerasan yang diduga menyebabkan meninggalnya Arfiand akan dikeluarkan dari sekolah bila terbukti bersalah.
Seperti diberitakan sebelumnya, Arfiand yang akrab disapa Aca meninggal pada Jumat (20/6/2014) setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler jelajah alam di Gunung Tangkuban Parahu, Bandung, Jawa Barat.
Arfiand diduga mengalami kekerasan. Visum dokter mendapati sejumlah luka lebam di badan Arfiand. Kasus ini masih disidik Polres Jakarta Selatan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.