Agus Mulyadi, Blogger Jomblo
Sampeyan tahu Padusan? belum tahu? Ya sudah, biar saya terangkan sedikit tentang padusan.
Padusan berasal dari kata dasar adus, yang berarti mandi. Dalam pengertian budaya, padusan merupakan ritual masyarakat untuk membersihkan diri atau mandi besar dengan maksud menyucikan raga dan jiwa dalam rangka menyambut datangnya bulan ramadhan.
Sejatinya, ritual padusan ini memang tidak disyariatkan oleh agama, namun apa daya, ritual ini sudah kadung menjadi kebiasaan bahkan tradisi bagi sebagian masyarakat di Indonesia.
Seiring berputarnya waktu, ritual padusan telah bergeser maknanya, bukan lagi sebagai ritual pembersihan diri, namun justru menjadi ritual hura-hura di obyek wisata pemandian yang sebagian besar justru mengandung "maksiat". Bahkan, bagi banyak pemuda yang masih ABG, Padusan sering diartikan sebagai ritual mencari gebetan di kolam renang. Ini keniscayaan.
Jadi jangan heran jika saat hari Padusan, pemandian/kolam renang umum akan dipadati oleh para pengunjung terutama anak-anak muda. Tentu saja para pengelola kolam renang tak ingin melewatkan momen ini.
Sukoco dan Pisangan
Menjelang waktu Padusan, para pengelola kolam renang biasanya berusaha membuat promosi segencar mungkin agar kolam renangnya bisa ramai padat pengunjung di hari Padusan.
Di daerah saya, ada dua pemandian/kolam renang umum yang begitu terkenal. Lokasinya bersebelahan, bahkan keduanya menggunakan mata air yang sama. Dua kolam renang ini adalah kolam renang Soekotjo (Sukoco) dan kolam renang Pisangan.
Kolam renang Sukoco adalah kolam renang milik Akademi militer, sering digunakan sebagai sarana latihan para taruna, sehingga hanya dibuka untuk umum pada hari-hari tertentu. Sedangkan kolam renang Pisangan memang sedari awal adalah pemandian umum, jadi memang dibuka sepanjang hari untuk umum.
Di waktu Padusan, kedua kolam renang ini selalu penuh dengan para pengunjung. Namun tak dapat dipungkiri, bahwasanya kolam renang Pisangan agaknya lebih ramai ketimbang kolam renang Sukoco.
Saya menebak, lebih ramainya Pisangan ketimbang Sukoco saat Padusan adalah karena pengelola kolam renang Pisangan berani mendatangkan Orkes Dangdut untuk menghibur para pengunjung. Nyatanya, memang banyak kawan-kawan saya yang lebih memilih Pisangan sebagai tempat padusan, karena bisa ceburan sambil ndangdutan.
Selain itu, tiket masuk Pisangan juga lebih murah ketimbang Sukoco. Seingat saya, harga tiket masuk di Pisangan hanya tiga ribu rupiah per kepala. Di Sukoco, harga tiket umum mencapai lima ribu rupiah. Sampeyan baru bisa mendapatkan harga tiket masuk yang murah kalau sampeyan adalah warga akademi militer.
Kalau saya pribadi, sebenarnya lebih memilih Sukoco. Karena saya merasa lebih nyaman renang di sana, sungguhpun ndak ada ndangdutnya.
Dulu sewaktu saya masih abege dan masih cukup cakep, saya sering berdebat dengan kawan-kawan saya perihal pemilihan kolam renang untuk Padusan ini. Saya lebih memilih Sukoco, sedangkan sebagian besar kawan saya justru memilih Pisangan. Tentu ndak asyik kalau berangkatnya bareng tapi renangnya di kolam terpisah, sehingga mau tak mau, harus dipilih salah satu kolam renang yang akan dijadikan sebagai destinasi.
"Sukoco saja lah, lebih enak, lebih nyaman," kata saya
"Pisangan saja, ndak kalah nyaman kok, lebih ramai, ceweknya pasti lebih banyak," kata Sastro (nama saya samarkan), salah satu kawan saya yang terkenal paling demen renang di Pisangan.
"Kalau terlalu ramai, malah ndak enak Tro."
"Renang kalau ndak ramai itu rasanya hampa Gus, lagipula kan harga tiket Pisangan lebih murah, cuma tiga ribu, kalau di Sukoco kan lima ribu."
"Halah, ngaku saja anak tentara Tro, tiketnya bisa dapat dua ribu, bilang saja anaknya Letnan Paimo, toh nanti petugas tiketnya ndak bakalan ngecek."
"Memangnya ada anak tentara yang potongannya seperti kamu ini Gus, wajah lempeng kok ngaku anak tentara, tentara apa? tentara kagol?"
"Lambemu, Tro!"
Biduanita Dangdut
Perdebatan antara saya dan Sastro ini biasanya berlangsung alot. Kami berdua masing-masing berusaha mempertahankan argumen kami. Biasanya kami baru berhenti berdebat saat kawan-kawan lain menentukan mau milih kolam renang yang mana, tapi tentunya setelah mempertimbangkan argumen kami berdua.
"Pokoknya Pisangan!! Di Pisangan ada ndangdut-nya, di Sukoco tidak, kapan lagi bisa Padusan sambil joget diiringi dengan suara seksi biduannya," Kata Sastro dengan kengototan yang semakin menjadi.
"Padusan itu kan pembersihan diri, masak membersihkan diri sambil lihat penyanyi dangdut yang nanti pasti bakal pakai pakaian seksi," saya masih kukuh mempertahankan pendapat saya, kendatipun dengan argumen yang semakin ngawur.
"Kalau niatnya mau membersihkan diri, ya ndak usah ke kolam renang, kolam renang itu kan banyak cewek pakai pakaian terbuka, sama saja, banyak maksiatnya," kata Sastro.
Sampai di titik ini, saya mulai kalah, saya mulai terpojok. Argumen Sastro kali ini benar-benar tak dapat dijatuhkan.
"Gini Gus, Padusan itu kan pembersihan diri, jadi itu beban mental untuk diri kita sendiri. Nah, kalau kita renang di Pisangan, secara tidak langsung kita membantu Sang Biduan Dangdut memenuhi beban mentalnya. Asal kamu tahu, biduan dangdut itu punya tiga beban mental. Pertama, ia bertanggung jawab kepada pengelola kolam renang untuk meramaikan kolam renangnya. Kedua, ia bertanggung jawab kepada pimpinan orkes untuk untuk memberikan goyangan terbaiknya. Dan ketiga, ia punya tanggung jawab kepada pengunjung kolam renang untuk menghiburnya. Jadi jelas, kita harus ikut membantu Sang Biduan menunaikan kewajibannya Gus." urai Sastro
"Lambemu Tro... Ya sudah, kita ke Pisangan saja...," saya akhirnya mengalah.
Kami dan kawan-kawan pun pada akhirnya setuju untuk memilih Pisangan ketimbang Sukoco. Yah, mau bagaimana lagi, soalnya kalau urusan debat kolam renang, Sastro benar-benar ulung seperti diplomat.
Begitu di dalam Kolam renang, tak disangka, saya yang tadinya ngotot pengin ke Sukoco pun malah ikut-ikutan Joget di depan panggung kolam. Bahkan bisa dibilang, saya malah lebih semangat jogetnya ketimbang Si Sastro. Ah, jiwa dangdut di lubuk hati saya ini memang sulit disembunyikan.
"Tadi katanya ngotot ndak pengin ke Pisangan, setelah masuk, malah jadi yang paling beringas njogetnya," sindir Sastro.
"Aku ini kan hanya membantu Sang Biduanita menunaikan kewajibannya Tro," jawab saya singkat.
Saya, Sastro, dan beberapa kawan pun tertawa terpingkal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.