Saat ditemui di Rutan Pondok Bambu ketika menunggu antrean untuk masuk ke dalam rutan, Selasa (29/7/2014), seorang ibu bercerita sekelumit kehidupan anaknya di dalam rutan.
"Biaya hidup di rutan mahal. Kalau makan di kantin, enggak boleh ngutang. Harga es teh manis saja Rp 10.000. Makan paling murah Rp 30.000," kata perempuan berhijab merah muda itu.
Perempuan itu menuturkan, sudah tujuh bulan ini anaknya mendekam di Rutan Pondok Bambu karena kasus narkoba. Dan, karena kasus itu, sang anak dihukum selama 4 tahun penjara.
Mirisnya, bukan hanya sang anak yang mendekam di rutan. Namun, menantunya yang tidak lain ialah suami sang anak juga ditahan di Rutan Salemba.
"HP anak saya dipinjam untuk pesan narkoba sama temannya, jadi keseret juga, suami istri. Makanya, sekarang ini teliti benar kalau orang pinjam HP, tanya buat apa. Berteman juga harus hati-hati," tuturnya.
Menyambung kehidupan di dalam rutan, perempuan itu mengatakan, apabila waktu kunjungan biasa, pengunjung bisa masuk hingga ke kamar warga binaan.
Ia pun mengaku pernah masuk ke sebuah blok, ke kamar anak perempuannya ditahan. Menurut dia, kamar itu berukuran kecil dan dihuni oleh sekitar 20 warga binaan.
"Kecil kamarnya, kayak kos-kosan gitu. Alas tidurnya tipis. Kadang ada yang tiduran sambil duduk," ucapnya.
Lantaran keluarganya bukan dari golongan keluarga mampu, ia mengaku tidak bisa mengirimkan uang bagi sang anak. Berbeda dengan warga binaan lain yang kerap mendapat kiriman uang dari keluarganya.
"Ya, untungnya anak saya bisa bertahan di sana. Saya jarang beri uang. Dia di sana nyuci baju tahanan lain. Dan mengajar ngaji juga, diberi upah seikhlasnya, jadi bisa buat biaya di dalam," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.