Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teater Koma Angkat Nasionalisme Lewat "Nyaris"

Kompas.com - 10/08/2014, 00:22 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com--Dalam rangka memeringati hari kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus mendatang, Galeri Indonesia Kaya (GIK) bersama dengan Teater Koma mempersembahkan pementasan "Nyaris" yang mengangkat semangat masa lampau bangsa Indonesia pada 9 Agustus 2014 di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.

Mengapa GIK menampilkan Teater Koma. Menurut Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Teater Koma adalah komunitas yang konsisten memproduksi karya-karya yang berkualitas dalam upaya melestarikan seni pertunjukan Indonesia dan telah banyak melahirkan para seniman yang produktif untuk mengembangkan dan memajukan seni pertunjukan di Indonesia.

"Karena itu, Galeri Indonesia Kaya menggandeng Teater Koma untuk mementaskan Nyaris yang mengangkat sepenggal kisah di masa perjuangan bangsa Indonesia yang berkobar untuk mendapatkan kemerdekaan. Dengan dialog dan adegan yang dipersiapkan sedemikian rupa, para penikmat seni bisa menyaksikan bagaimana perjuangan para pejuang kita dahulu dan semakin mengobarkan jiwa nasionalisme dan cinta tanah air kita,” tutur Renitasari Adrian.

Sebanyak 10 pemain dari Teater Koma turut mengisi pertunjukan berdurasi 45 menit. Pementasan ini dimulai dengan adegan yang terjadi di sebuah ruang bawah tanah dan dulunya dipakai sebagai gudang penimbun candu. Ruang dari batu yang oleh pemiliknya, seorang peranakan Cina, dipakai sebagai gudang barang-barang dagangan dan sepen
(penyimpan alat-alat tak dipakai lagi). Ada tong-tong kecap dan karung-karung beras, serta beberapa peti kosong dan potongan kertas panjang, berserakan di mana-mana.

Pintu dengan dunia luar tak kelihatan. Ruang itu punya satu ruang lain berpintu kayu, yang kekar dan berdecit ketika dibuka dan ditutup. Di luar ruangan itu, Belanda tengah melancarkan aksi polisi ke-2 dan semangat Indonesia untuk merdeka sangat menggebu.

“Kemerdekaan yang kita raih saat ini bukanlah kemerdekaan yang diberikan secara cumacuma, ada banyak perjuangan dan kisah yang mengiringinya, salah satunya yang diangkat dalam pementasan Nyaris ini. Kisah ini mengajak para penonton untuk larut dalam kejadian yang terjadi pada masa perjuangan kemerdekaan. Melalui kisah Amir (diperankan oleh Rangga Riantiarno), para generasi muda diajak untuk kembali mengingat dan mengapresiasi para pahlawan yang telah berkorban sampai titik darah penghabisan demi kemerdekaan yang bisa kita nikmati saat ini,” ujar Budi Ros dari Teater Koma.

Sejak didirikan pada tanggal 1 Maret 1977 hingga sekarang tahun 2014, Teater Koma telah memproduksi 132 pertunjukan, baik di layar televisi maupun di panggung TIM dan GKJ. Teater Koma membawakan baik sandiwara dalam negeri, sandiwara karya para dramawan dunia seperti Shakespeare dan Moliere, juga beberapa lakon Cina yang disadur kembali, yang kemudian menjadi populer di tengah masyarakat pecinta Teater, seperti Sampek Engtay dan Sie Jin Kwie. Teater Koma selalu berpegang pada keyakinannya bahwa teater menjadi salah satu jembatan menuju keseimbangan batin dan jalan bagi terciptanya kebahagiaan yang manusiawi.

***
Sekilas Galeri Indonesia Kaya (GIK)
Galeri Indonesia Kaya merupakan ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan Indonesia sebagai wujud komitmen Bakti Budaya Djarum Foundation untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia khususnya generasi muda agar tidak kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia.

Ruang publik yang berlokasi di West Mall Grand Indonesia Shopping Town lantai 8 ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dalam memadukan konsep edukasi dengan digital multimedia untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia, khususnya bagi generasi muda, dengan cara yang menyenangkan, terbuka untuk umum, dan tidak dipungut biaya.

Konsep desain mengangkat ke-khas-an Indonesia dalam kekinian diangkat di dalam interior seperti rotan, motif parang, bunga melati, batok kelapa dan kain batik tulis dari 12 daerah sebagai ornamen. Secara keseluruhan, terdapat 12 aplikasi yang bisa ditemukan di GIK, antara lain: Sapa Indonesia, Video Mapping, Kaca Pintar Indonesia, Jelajah Indonesia, Selaras Pakaian Adat, Melodi Alunan Daerah, Selasar Santai, Ceria Anak Indonesia (Congklak), Layar Telaah Budaya (Surface), Arungi Indonesia, Area Peraga, dan Fantasi Tari Indonesia.

Tempat seluas 635 m² ini juga memiliki auditorium yang didukung fasilitas modern sebagai sarana bagi pelaku seni maupun masyarakat umum untuk menampilkan berbagai kesenian Indonesia dan kegiatan lainnya secara gratis, termasuk pengunjung dan penontonnya. Setiap pelaku seni memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan auditorium, baik untuk latihan maupun pertunjukan.

Untuk dapat menggunakan semua fasilitas tersebut, masyarakat hanya perlu mengirimkan proposal program dan kegiatan kepada tim GIK. Proses kurasi serta pengaturan jadwal pementasan dan promosi ditangani langsung oleh tim internal untuk kemudian dipilihlah program-program yang sesuai dengan konsep GIK.

Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang
menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com