Awalnya, Restu menemukan ada dua orang bukan karyawan Samsat duduk di lorong menuju ruang arsip. Padahal, ruangan tersebut hanya petugas yang diperbolehkan masuk.
Kedua laki-laki tersebut tengah merapikan belasan STNK beserta fotokopinya. Tak hanya itu, mereka juga sedang menyusun beberapa dokumen yang dimasukkan tas hitam mereka.
Keberadaan mereka membuat kesal Restu. Kecurigaannya pun muncul dan langsung bertanya kepada kedua pria tersebut.
"Loh? Siapa kalian? Kahan petugas bukan? Kalau liukan ngapain di sini?" tanya Restu kepada kedua pria tersebut.
Kedua pria itu hanya menundukkan kepala dan menjawab, "Mau perpanjang STNK, Pak," ucap salah seorang dari mereka singkat.
Restu mendesak kedua pria ini untuk membuka tasnya. Kedua pria ini membawa tas pinggang hitam. Namun, dekat kedua pria itu ada tiga tas punggung warna hitam.
"Coba buka tasnya. saya mau lihat dulu. Isi tas kamu apa. Kayaknya sibuk banget duduk di sini," desak Restu.
Kedua pria itu memperlambat gerakan mereka membuka tas dengan mengajak bicara Restu terkait perpanjangan STNK. Namun, Dirlantas Polda Metro Jaya ini dengan tegas mengatakan, "Buka!"
Akhirnya, ketika dibuka, tas kedua pria ini ditemukan Rp 26 juta dari tas Erik (30) dan dari tas Yadi (35) bersi Rp 9,5 juta. Uang segepok yang mereka bawa itupun dipertanyakan Restu.
"Kalian petugas bukan. Calo ya? Apa mau nyuap polisi kamu?" tanya Restu.
Erik dan Yadi pun menggelengkan kepalanya sambil mengatakan, "Wah Bapak, kita di sini enggak 'ngapa-ngapain, Pak. Ini uang pegangan, takut kurang biaya perpanjangan STNK-nya," ucap Yadi.
Namun, Restu bertanya lagi. "Banyak amat duitnya? Buat apaan? Emang mau ngurusin berapa banyak kendaraan?"
Sambil terus bertanya, Restu memerintahkan anak buahnya untuk mengecek tas punggung warna hitam satu lagi yang ada di samping Erik. Setelah digeledah tas tersebut berisi puluhan berkas perpanjangan STNK dan uang tunai Rp 30 juta di kotak kecil.
"Ini tas siapa? Punya kamu bukan? Atau punya siapa?" tanya Restu kepada kedua pria tersebut.
"Itu bukan punya saya, Pak. Orangnya lagi keluar Pak buang air kecil," kata Erik dengan terbata-bata.
"Amankan berkas sama uangnya, didalami dulu. Benar enggak mereka mau perpanjang STNK," kata Restu sambil melanjutkan ke ruangan lain.
Dengan sigap anak buah Restu melaksanakan perintah dan mengamankan uang dan berkas mereka. Namun, ketiga tas tersebut tidak dibawa petugas.
Yadi mengatakan, dirinya tengah mengurus perpanjangan STNK sebanyak 13 kendaraan. Antara lain lima mobil dan delapan motor. Ia juga mengatakan, dirinya tak tahu-menahu soal adanya sidak di kantor Samsat tersebut. Bahkan ia mengatakan kebingungan saat uang dan berkasnya diambil anak buah Restu.
"Itu mau perpanjang STNK, Bang. Punya saudara semua. Enggak tau dah Bang, saya mah enggak ngertilah," katanya.
Yadi dan Erik kemudian keluar dari lorong menuju ruangan arsip Samsat ini.
Usai sidak, Restu mengatakan bahwa dua orang yang di lorong menuju ruangan arsip bukanlah calo, melainkan biro jasa yang sedang mengurus perpanjangannya STNK. Namun, ia menegaskan, kedua orang tersebut tidak seharusnya berada di ruang pengarsipan.
"Ya mereka sebenarnya bukanlah calo ataupun memang orang yang bermain di dalam. Mereka itu sebenarnya berizin. Cuma, mengapa mereka bisa masuk ke ruangan yang seharusnya tidak diperbolehkan. Kita akan dalami dulu," jelas Restu.
Tak hanya itu, ia juga mengatakan jika ada petugas atau karyawan yang mencoba bermain-main, akan ditindak tegas. Namun, tindakan tegas itupun bukanlah pemecatan, melainkan dimutasikan.
"Kita lihat dulu lah, kenapa peristiwanya yang tidak diinginkan seperti itu bisa terjadi," terangnya. (m2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.