Ia mengungkapkan, sejak menjadi Wali Kota Jakbar, ia belum pernah melihat timbunan sampah setinggi belasan meter seperti yang ada di Srengseng.
Camat Kembangan Slamet Riyadi, yang dihubungi kemarin, pun terkejut. ”Tapi, memang sejak saya jadi camat di sini, gunungan sampah itu sudah ada,” ucap Slamet seraya berjanji akan menghubungi lurah setempat.
Menurut Endang, TPS liar tersebut akan diubah menjadi taman kota. Namun, sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya. ”Baru wacana,” ujarnya.
Menanggapi penjelasan Endang, Kepala Suku Dinas Pertamanan Jakbar Marfuah mengatakan, pada 2014 belum ada rencana pembangunan taman kota di sana.
”Tahun ini belum ada rencana ke sana. Mungkin pada anggaran 2015. Masih kami pelajari,” kata Marfuah.
Dari wilayah tetangga
Sampah di Srengseng tidak hanya berasal dari sampah warga sekitar Jakarta Barat. Seorang tukang sampah di RW 001, Pondok Betung, Tangerang Selatan, menyatakan sudah sejak lama sampah yang ia pungut di beberapa RT wilayah kerjanya dibuang ke Srengseng.
Beberapa bulan lalu, pengambilan sampah pernah bermasalah di beberapa RT di Pondok Betung. Jika biasanya rutin dua hari sekali tukang sampah menyambangi rumah-rumah warga, tiba-tiba jadwal molor hingga empat-lima hari sekali. Diduga, kejadian tersebut disebabkan sampah di Srengseng waktu itu terlalu penuh atau pengelola TPS setempat meminta kenaikan imbalan dana.
Warga sekitar Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Cipeucang, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, kembali mengeluhkan bau sangat menyengat dari tempat tersebut. Mereka tersiksa aroma busuk dari gunungan sampah di dalam dan pinggiran TPST tersebut.
”Baunya tercium terus tidak hanya pada pagi hari, tetapi sepanjang hari, siang dan malam hari,” kata Kurdi (50), warga sekitar, Rabu.
Kurdi, yang bekerja sebagai tukang pangkas rambut, mencium bau sangat menyengat karena sejak pagi hingga malam ia membuka usahanya yang terletak hanya berjarak sekitar 500 meter dari TPST. (WIN/NEL/PIN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.