Para sopir angkutan kota pun mencari cara untuk mengurangi dampak kelangkaan bensin dan solar bersubsidi itu. Salah satu yang dipilih para sopir angkutan ini adalah tak menjalankan kendaraannya di semua jam. Ada pula yang memilih menimbun stok.
"Kayak kalau menjelang siang gitu biasanya saya nongkrong aja di sini (depan Pasar Slipi) soalnya sayang bensin. Sepi soalnya. Kalau terus-terusan narik, enggak ada penumpang juga," ujar Andri, salah satu sopir angkot M24 rute Slipi-Srengseng, Rabu (27/8/2014).
Berbeda lagi dengan cara Iman, sopir angkot M24 juga, yang mengakali keterbatasan pasokan BBM bersubsidi di pasaran. "Beberapa hari kemarin itu sempat beli 10 liter sih. Lumayanlah buat nanti-nanti. Soalnya susah sekarang. Kemarin teman saya ngantre malah enggak dapat," kilah dia.
Namun, sopir angkot M25 rute Grogol-Kota, Ade, mengatakan, kelangkaan BBM bersubsidi ini belum terlalu berdampak buatnya. Ditemui di Terminal Grogol, dia mengatakan masih bisa mendapatkan BBM bersubsidi untuk kendaraannya tanpa merinci bagaimana cara memperolehnya.
Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan, pengurangan kuota BBM bersubsidi dari 48 juta kiloliter menjadi 46 juta kiloliter merupakan penyebab Pertamina melakukan pengaturan kuota per hari.
Pertamina, ujar Ali, hanya punya dua pilihan menyikapi pengurangan kuota tersebut. Pertama, sebut dia, Pertamina menyalurkan BBM bersubsidi secara normal dengan konsekuensi kuota BBM bersubsidi habis sebelum akhir tahun. Kedua, mengatur volume penyaluran harian sehingga kuota BBM bersubsidi bisa cukup hingga akhir tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.