Menurut Maskur, sejak kapal diberangkatkan dari Dermaga Kaliadem, di Muara Angke, Jakarta Utara, sekitar pukul 08.30, para penumpang sudah mencium aroma bahan bakar minyak yang cukup menyengat.
"Awalnya saya dan beberapa penumpang memang mencium bau bensin sejak berangkat dari Kaliadem," ujar Maskur, saat ditemui di ruang rawat inap RSUD Koja, Jakarta Utara, Kamis (28/8/2014).
Maskur mengatakan, sebelum terjadi ledakan, cuaca di atas perairan Kepulauan Seribu cukup cerah. Namun, menurut Maskur, keadaan ombak laut saat itu cukup tinggi. "Memang ombaknya lumayan tinggi, kapal bergoyang cukup kuat," kata Maskur.
Sekitar pukul 10.30, setelah kapal meninggalkan dermaga di Pulau Pari, terjadi tiga kali ledakan yang sangat kuat dari bagian bawah kabin penumpang. Menurut Maskur, ledakan pertama terjadi di bagian depan kapal, bagian tengah, lalu bagian belakang kapal.
"Ledakannya kuat sekali, tapi tidak ada kobaran api merah menyala. Hanya bentuknya seperti api biru yang terbawa gas ke udara," ujar Maskur.
Akibat ledakan tersebut, sebagian tubuh penumpang menderita luka bakar. Seketika suasana mencekam terjadi di kabin penunpang. Sebagian besar penumpang yang panik, berkumpul di bagian belakang kapal. Menyadari kejadian tersebut dapat membahayakan nyawanya, Maskur kemudian bergegas menuju bagian depan kapal untuk mendapatkan pelampung.
"Saya kan nggak bisa berenang, jadi saya panik, buru-buru cari pelampung. Tapi hampir semua pelampung sudah rusak akibat ledakan," ujar Maskur.
Beberapa saat seusai ledakan, para penumpang yang berada di kabin penumpang berpindah ke bagian kapal paling atas, yaitu di dekat ruang nahkoda kapal. "Karena takut, semua penumpang berkumpul di atas, dekat nahkoda, baru setelah kira-kira satu jam, kapal bantuan tiba untuk mengevakuasi penumpang," kata Maskur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.