JAKARTA, KOMPAS.com — Beragam masalah yang muncul dan bertubi-tubi bisa menyebabkan seseorang bunuh diri. Indonesia punya catatan kasus bunuh diri cukup tinggi. Salah satu "penyumbangnya" adalah DKI Jakarta.
"Jakarta adalah provinsi yang menyumbang kasus bunuh diri cukup tinggi dibandingkan kota lain," kata pemerhati kesehatan jiwa, Albert Maramis, Kamis (11/9/2014). Dia memperkirakan, prevalensi kejadian bunuh diri di Jakarta mencapai 6 persen dari total penduduk.
Maramis memperkirakan, tekanan hidup yang terlalu tinggi, depresi, budaya, pergaulan sosial, dan mitos dalam masyarakat diduga menjadi pemicu tingginya kejadian bunuh diri di Jakarta. Dia memberikan contoh, ada kasus bunuh diri di DKI yang cuma dipicu fenomena copycat.
"Waktu itu pernah ada kasus satu selebriti yang meninggal bunuh diri dengan cara menghirup asap kendaraannya sendiri," tutur Maramis. "Sebulan kemudian, ada orang-orang bunuh diri dengan cara ini," ujar dia.
Data WHO
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, setiap tahun, tercatat 800.000 orang bunuh diri. Dengan data itu, setiap 40 detik ada satu orang bunuh diri di seluruh dunia.
"Angka bunuh diri di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menyumbang sepertiga kasus bunuh diri setiap tahun di seluruh dunia," kata Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Eka Viora, dalam peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis.
Maramis menambahkan, pada 2012, angka bunuh diri di Indonesia diperkirakan mencapai 4,3 per 100.000 jiwa. Angkanya kira-kira 10.000 kasus. Adapun data dari Polri, pada tahun itu terjadi 979 kasus bunuh diri, atau prevalensinya 0,49 per 100.000 jiwa.
Eka tak menampik bahwa ada perbedaan data yang signifikan. "Perbedaan data ini bisa sampai berkali-kali lipatnya. Kami belum punya data pastinya di Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena masih banyak data yang ditutup-tutupi oleh berbagai pihak," aku dia.
Menurut Eka, perlu riset yang mendalam untuk bisa memastikan angka kejadian bunuh diri ini. "Ini jadi PR (pekerjaan rumah) buat kami semua untuk mendapatkan data validnya," kata dia sembari mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan pada 2014 bekerja sama dengan WHO untuk mendapatkan data tersebut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.