Sebab, ia menilai, eksekutif dan legislatif memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda. Prijanto bahkan menilai masalah yang akan dihadapi Ahok ke depannya bukan di DPRD DKI, melainkan justru di lingkungan internal Pemerintah Provinsi DKI.
Sebab, kata dia, gaya kepemimpinan Ahok tidak sesuai dengan kultur yang ada di Pemprov DKI. "Kalau toh semua parpol alergi karena perilaku Ahok yang membuat tidak ada yang bersedia menerimanya, saya berpendapat tidak masalah. Masalah justru bisa timbul dari dalam eksekutif sendiri karena faktor kepemimpinan Ahok dan faktor kultur," kata Prijanto kepada Kompas.com, Kamis (11/9/2014).
Meski demikian, Prijanto memperkirakan Ahok akan segera mendapatkan partai politik yang baru setelah mengundurkan diri dari Gerindra. "Cepat atau lambat Ahok pasti dapat kendaraan parpol," ujar dia.
Ahok mengaku tidak akan bergabung dengan partai politik mana pun selama tiga tahun sisa pemerintahannya di Ibu Kota, meski sudah ada beberapa partai politik lain yang meliriknya untuk bergabung, seperti PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Hanura, dan Partai Nasdem.
"Mau ngapain? Kamu memangnya kalau habis cerai langsung kawin? Ada masa idahnya (masa tunggu), kan?" kata Ahok, di Balaikota Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.