Saat ini, Margonda memiliki tiga jembatan, yaitu di depan mal Margo City, depan terminal Depok, dan depan Balai Kotadepok. Permasalahan timbul ketika warga lebih memilih menyeberangi jalan secara langsung daripada lewat tempat yang sudah disediakan.
Pemandangan itu sering terlihat di jalan sekitar jembatan terminal dan Balaikota Depok. "Kelamaan. Capek naik-naik tangganya," kata Rahmi di depan ITC Depok yang tak jauh dari JPO terminal saat hendak menyeberang jalan, Senin (15/9/2014).
Rahmi mengaku tak takut dengan kendaraan-kendaraan yang melaju kencang di jalanan tersebut. "Asal hati-hati, insha Allah enggak kenapa-kenapa. Kalau nyeberang tuh jangan ragu-ragu," kata wanita paruh baya tersebut.
Hal senada diungkapkan oleh Hamid, warga Sawangan, yang hendak ke Polresta Depok. Ia menyeberang jalan secara langsung dari depan Balaikota yang memang berhadapan letaknya dengan Polres Depok.
Padahal, tak kurang 10 meter dari tempat Hamid menyeberang tersebut, berdirilah JPO di sana. "Biar praktis saja. Lagian banyak juga kan yang nyeberang lewat sini (jalan). Menurut saya, intinya asal kita tidak mengganggu saja. Toh kita enggak bikin macet," katanya.
Hamid, Rahmi, dan pejalan kaki lain yang menyeberang jalan secara langsung rupanya memanfaatkan celah kecil antara pembatas jalan dengan median jalan. Beberapa di antaranya bahkan meloncati pagar median jalan.
Pemkot Depok telah memagari taman median jalan dengan tiga utas kawat besi yang jaraknya diatur sedemikian rupa sehingga pejalan kaki susah melewatinya. Pemkot juga memberikan pembatas pada jalan yang tak bermedian.
Akan tetapi, hal tersebut rupanya tak menghalangi niat pejalan kaki untuk menyeberang langsung. Sementara itu, hal berbeda terlihat di ruas Jalan Margonda depan Universitas Gunadarma.
Pejalan kaki yang mayoritas mahasiswa tersebut mengeluhkan tak adanya JPO di sana. Pada jam-jam masuk dan pulang kuliah, terlihat banyaknya pejalan kaki yang silih berganti menyeberangi jalan tersebut.
Zebra cross ada di sana, tetapi tampaknya tak banyak membantu. "Seharusnya pengendara itu mengerti kalau lihat zebra cross, jalannya dipelanin, tetapi kalau di sini aneh, malah semakin ngebut kalau lihat zebra cross," kata Dita, mahasiswi Universitas Indonesia yang kos di daerah Pondok Cina.
Sehingga setiap hari harus menyeberangi Jalan Margonda depan Gunadarma. Dita juga mengeluhkan angkot yang mengetem di depan Gunadarma. Hal itu, semakin membuat ruwet ketika hendak menyeberangi jalan.
"Pada nutupin gitu, jadi kita enggak kelihatan kalau mau nyeberang. Kan itu bahaya," ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Ryan, mahasiswa UI.
Menurut Ryan, JPO menjadi hal mutlak yang dibutuhkan pejalan kaki di area depan Gunadarma tersebut. "Masa iya setiap hari saya ibaratnya bertaruh nyawa tiap lewat sini," kata Ryan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.