Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/09/2014, 15:54 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Harga tiket masuk ke Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan, saat ini terhitung murah, yakni Rp 4.500 untuk orang dewasa dan Rp 3.500 untuk anak-anak. Ini adalah harga tiket termurah di dunia. Padahal, di dalam kebun binatang itu terdapat ribuan satwa dari ratusan spesies yang harus dipelihara setiap hari. Berapa harga idealnya?

Aktivis pelindung satwa dari Animal Rescue, Doni Herdaru Tona, menganggap bahwa harga tiket masuk Ragunan saat ini terlalu murah, apalagi untuk sajian pemandangan alam dan satwa yang begitu luar biasa. "Harusnya harga tiket naik. Harga tiket layak naik," ujar Doni ketika menghadiri perayaan ulang tahun ke-150 Taman Margasatwa Ragunan (TMR) di Ragunan, Sabtu (20/9/2014).

Menurut Doni, jika harga tiket naik, maka kesejahteraan satwa-satwa pun akan semakin baik. Kesehatan satwa dan kebersihan kandang mereka akan lebih terjaga. Selain itu, banyaknya pemasukan yang ada dapat digunakan untuk memelihara fasilitas lain di Taman Margasatwa Ragunan.

Meski demikian, Doni mengingatkan agar harga tiket tidak boleh terlalu mahal. Menurut Doni, kebutuhan masyarakat dalam berinteraksi dengan satwa saat ini belum besar. Jika terlalu mahal, maka jumlah pengunjung Ragunan dikhawatirkan akan berkurang.

"Idealnya harga tiket harus di atas Rp 20.000, tetapi tetap di bawah Rp 50.000," ujar Doni.

Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Saefullah membenarkan hal tersebut. Menurut dia, harga tiket di Ragunan harus dievaluasi, apakah akan naik atau tetap. Namun, harga tiket tidak mungkin ditiadakan alias gratis.

Saefullah berpendapat bahwa masyarakat juga harus memiliki andil dalam pemeliharaan aset publik. Peran masyarakat tidak hanya sebagai pihak yang dilayani, tetapi juga ikut memelihara dan menjaga aset bersama. "Masyarakat tetap harus diberdayakan agar saling mengisi," ujar dia.

Wacana mengenai harga tiket ini memancing komentar dari salah satu pengunjung, Asri. Warga Duren Tiga tersebut setuju jika harga tiket harus dinaikkan. Namun, dia meminta agar kenaikannya tidak lebih dari Rp 10.000. "Ragunan andalan warga. Tempat wisata yang dekat dan murah," ujar Asri.

Namun, sebenarnya, harga tiket yang dianggap sangat murah ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kesejahteraan satwa. Hal ini karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara rutin telah memberi subsidi untuk Taman Margasatwa Ragunan sebesar Rp 70 miliar per tahun. Dana itulah yang menunjang biaya operasional seluruh aktivitas di Taman Margasatwa Ragunan (TMR).

Kepala TMR Wiwid mengatakan, selama ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara rutin memberikan subsidi tersebut setiap tahun. Dengan subsidi ini, problem tiket yang sangat murah dapat teratasi sehingga satwa pun terawat. Wiwid bahkan siap jika harus menggratiskan tarif tiket. "Asalkan subsidinya cukup, ya tidak apa-apa," kata Wiwid.

Wiwid menyatakan, membayar tiket sebenarnya bukan sekadar membayar uang masuk. Membayar tiket merupakan salah satu cara sederhana dari masyarakat untuk menghargai ragam satwa yang mereka lihat. Tiket yang mereka beli merupakan salah satu bentuk tanggung jawab untuk ikut menjaga dan merawat satwa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Lampu Sejumlah Kawasan di Jakarta Dipadamkan Sabtu Malam | Runtuhnya Kejayaan Pusat Belanja di Jakarta

[POPULER JABODETABEK] Lampu Sejumlah Kawasan di Jakarta Dipadamkan Sabtu Malam | Runtuhnya Kejayaan Pusat Belanja di Jakarta

Megapolitan
Rute dan Jadwal Bus Citra Raya Tangerang 2023

Rute dan Jadwal Bus Citra Raya Tangerang 2023

Megapolitan
Hari Ozon Sedunia, Pemadaman Lampu di Jakarta Juga untuk Mengedukasi Warga soal Emisi Karbon

Hari Ozon Sedunia, Pemadaman Lampu di Jakarta Juga untuk Mengedukasi Warga soal Emisi Karbon

Megapolitan
Cerita Warga Kemang Banyak yang Foto 'Prawedding' Saat Bunga Tabebuya Bermekaran

Cerita Warga Kemang Banyak yang Foto "Prawedding" Saat Bunga Tabebuya Bermekaran

Megapolitan
Klarifikasi Maxim Soal 'Suspend' Akun Ojol yang Turunkan Penumpang Tanpa Helm

Klarifikasi Maxim Soal "Suspend" Akun Ojol yang Turunkan Penumpang Tanpa Helm

Megapolitan
Lampu Sejumlah Kawasan di Jakarta Dipadamkan Sabtu Malam Demi Peringati Hari Ozon Sedunia

Lampu Sejumlah Kawasan di Jakarta Dipadamkan Sabtu Malam Demi Peringati Hari Ozon Sedunia

Megapolitan
Viral Video AC di LRT Jabodebek Bocor, Air Rembes ke Gerbong Penumpang

Viral Video AC di LRT Jabodebek Bocor, Air Rembes ke Gerbong Penumpang

Megapolitan
'Vibes' Jepang di Kemang Luntur Karena Bunga Tabebuya Berguguran, Warga Masih Banyak yang Datang

"Vibes" Jepang di Kemang Luntur Karena Bunga Tabebuya Berguguran, Warga Masih Banyak yang Datang

Megapolitan
Sosiolog UNJ Nilai Penutupan Lokalisasi di Gang Royal Tak Hentikan Masalah

Sosiolog UNJ Nilai Penutupan Lokalisasi di Gang Royal Tak Hentikan Masalah

Megapolitan
Lurah Papanggo Pelajari Syarat yang Diajukan Warga Kampung Bayam

Lurah Papanggo Pelajari Syarat yang Diajukan Warga Kampung Bayam

Megapolitan
Bertemu 5 Jenderal Purnawirawan TNI, Cak Imin: Saya Dapat Petuah dan Nasehat

Bertemu 5 Jenderal Purnawirawan TNI, Cak Imin: Saya Dapat Petuah dan Nasehat

Megapolitan
Bunga Tabebuya di Kemang Sedang Tak Mekar, 'Vibes' Jepang Pun Hilang...

Bunga Tabebuya di Kemang Sedang Tak Mekar, "Vibes" Jepang Pun Hilang...

Megapolitan
Sosiolog: Penggusuran Lokalisasi Gang Royal Harus Dilanjutkan dengan Pemberdayaan

Sosiolog: Penggusuran Lokalisasi Gang Royal Harus Dilanjutkan dengan Pemberdayaan

Megapolitan
Warga Kampung Bayam Survei ke Rusun Nagrak, Keluhkan Akses yang Sulit untuk Anak Sekolah

Warga Kampung Bayam Survei ke Rusun Nagrak, Keluhkan Akses yang Sulit untuk Anak Sekolah

Megapolitan
Pelintasan Liar di DKI Jakarta Harus Segera Ditutup Agar Tak Lagi Makan Korban

Pelintasan Liar di DKI Jakarta Harus Segera Ditutup Agar Tak Lagi Makan Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com