Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Gunakan Mesin Meter Parkir di Jalan Sabang

Kompas.com - 28/09/2014, 18:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -  Warga masih beradaptasi dengan sistem parkir menggunakan mesin meter parkir yang baru diterapkan di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

"Saya sendiri terus terang baru tahu. Parkirnya kan biasa aja. Kemudian diarahkan untuk membayar ke alat parkir meter. Persoalannya kan tidak semua orang bawa koin. Tapi untungnya di tukang parkirnya tersedia," kata Seyba, yang memarkir sepeda motornya di Jalan Sabang, Minggu (29/9/2014).

Warga Palmerah itu belum bisa menggunakan mesin meter parkir sendiri. Seorang petugas membantu dia menggunakannya.

Pengawas meteran parkir Sabang, Syafrudin Zen, menjelaskan cara menggunakan mesin meter parkir itu. Pertama, pengguna harus memencet tombol jenis kendaraan pada mesin, lalu mengisi nomor polisi kendaraan.

Setelah itu pengguna harus memasukkan uang koin untuk ongkos parkir ke mesin. Biaya parkir sepeda motor setiap jam Rp 2.000 dan mobil setiap jam Rp 5.000.

"Masukkan koin Rp 500 berwarna kuning dan putih, atau koin Rp 1.000  yang tipis. Jadi misalkan motor, pengguna memasukkan empat koin Rp 500, kemudian menekan tombol oke," katanya menjelaskan.

Bila uang yang dibayarkan pengguna pada awal parkir lebih sedikit dibandingkan dengan ongkos yang harus dibayar sesuai lama parkir maka pengguna harus membayar kelebihan jam tersebut.

"Kontrolnya ada pada struk. Pada saat pemilik kendaraan keluar dari ruang parkir dia harus menunjukkan struk kepada petugas parkir. Jadi akan ketahuan lama parkirnya kemudian dikonversi ke tarif berdasarkan jenis kendaraannya," kata dia.

Syafrudin, yang mendapat gaji Rp 2,4 juta per bulan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan selanjutnya akan diangkat jadi pegawai negeri, mengatakan sistem parkir yang baru lebih baik dibandingkan sistem parkir manual yang diterapkan sebelumnya.

"Mau berapa jam parkir, sudah ada tarifnya. Misalkan untuk motor, kalau satu jam Rp 2.000, mobil Rp 5.000, sementara truk atau bus sebesar Rp 8.000," kata Syafrudin.

Seyba juga menganggapnya demikian. Pria berkacamata itu mengusulkan pemerintah selanjutnya mempekerjakan petugas untuk menjaga mesin meter parkir itu dijaga petugas atau bila perlu memasangi kamera pengawas pada mesin tersebut.

Dia khawatir 11 mesin meter parkir yang dipasang di kanan-kiri Jalan Sabang akan rusak bila tidak dijaga oleh petugas.

"Kalau ada orang yang usil misalnya mengisi puntung rokok, bukannya alat ini bisa rusak. Kami harap alat ini terpelihara. Dan jangan lupa terus lakukan sosialisasi karena sistem ini baik," katanya.

Namun penerapan sistem parkir yang baru itu memunculkan kekhawatiran pada orang-orang yang bekerja di kawasan tersebut.

Nurul dan Nia, yang bekerja di kawasan itu, mengatakan penerapan sistem parkir meter akan memberatkan mereka karena jika tidak ada kebijakan khusus, dengan tarif parkir yang sekarang mereka harus mengeluarkan uang sampai sekitar Rp500.000 untuk parkir sepeda motor dalam sebulan.

"Sebulan biasanya hanya membayar Rp 50.000. Kalau menggunakan parkir meter bisa membengkak menjadi Rp 500.000 bila dalam sehari kami memarkir motor sampai sembilan jam karena bekerja. Mudah-mudahan dapat keringananlah," kata Nurul, yang bekerja di restoran Kopi Oey.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com