Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Mesin Parkir, Pemilik Kendaraan Sulit Cari Uang Koin

Kompas.com - 29/09/2014, 09:22 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sudah beberapa hari sistem parkir dengan menggunakan mesin diterapkan di Jalan H Agus Salim atau dikenal sebagai Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Dari pelaksanaan itu, masih ada kendala soal pembayaran mesin parkir dengan uang logam Rp 500 dan Rp 1.000.

Jika tidak memiliki koin untuk memarkir di sana, pemilik kendaraan bisa menukar uang pada juru parkir yang bertugas di sepanjang jalan itu. Setiap juru parkir menyiapkan uang koin sejumlah Rp 40.000.

Namun, ketika uang receh yang dipegang juru parkir habis, mereka juga kerepotan melayani permintaan tukar uang dari pemilik kendaraan, seperti pantauan Warta Kota, Minggu (28/9/2014).

Beberapa pemilik kendaraan mempertanyakan sistem bayar dengan memakai uang koin. Pengamat perkotaan, Yayat Supriatna, sistem pembayaran dengan koin adalah cara kuno. Pemilik kendaraan menilai, seharusnya pembayaran bisa menggunakan kartu debit dan uang elektronik (e-money).

Haekal (32), warga Menteng, Jakarta Pusat, mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebaiknya memperbanyak uang receh untuk membantu warga membayar mesin parkir, atau dari awal sudah memakai kartu agar pembayaran lebih cepat dan juru parkir tidak perlu membawa uang koin setiap hari.

Maman, juru parkir, mengatakan, uang koin yang dibawa sempat habis pada Sabtu (27/9/2014). Itu membuat dia diomeli pemilik kendaraan. Menurut Maman, uang koin cepat habis karena rata-rata biaya satu kali parkir di sana bisa lebih dari Rp 10.000.

"Kalau bisa, petugas parkir memandu parkir saja. Kalau pegang semuanya, banyak yang tidak terpantau. Nanti mobilnya asal masuk dan pergi saja," kata Maman.

Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Perparkiran Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sunardi Sinaga mengatakan akan terus mengevaluasi kelemahan sistem parkir tersebut.

"Ini koin hanya sementara. Ke depan, pakai kartu debit. Kerja sama dengan bank. Memang banyak kelemahan, sambil jalan dievaluasi," kata Sunardi.

Masih bingung

Selain itu, pengguna jasa parkir di jalan itu juga masih bingung menggunakan mesin parkir. Tidak ada panduan untuk menggunakan mesin itu.

Juru parkir pun kewalahan saat memandu pengemudi kendaraan yang akan parkir. Sebab, juru parkir juga mengatur keluar masuk kendaraan yang akan parkir.

Maman, juru parkir, merasa kewalahan karena sejak ada mesin parkir dia harus mengatur parkir dan menjelaskan cara kerja mesin itu.

Selain itu, kata Maman, jika mesin parkir sudah penuh koin, mesin tersebut tidak menyala. Maman harus memanggil operator mesin untuk mengosongkan mesin itu agar bisa digunakan lagi.

"Paling sekitar lima jam sudah penuh. Seharusnya, ada operator mesin siaga di dekat mesinnya. Kalau ke kami semua, rasanya enggak sanggup juga," kata Maman.

Pekan depan

Sementara itu, UPT Perparkiran tetap berupaya menekan kebocoran parkir dengan sistem itu. Ini untuk mengantisipasi ada pemilik kendaraan yang parkir dua jam, tetapi hanya menghitung satu jam.

Nanti jika sudah menggunakan kartu atau uang elektronik, kata Sunardi Sinaga, pelanggar akan dipotong langsung saldo yang dipegang oleh pemilik kendaraan. Targetnya pekan depan sistem pembayaran dengan kartu dapat diterapkan di sana.

"Minggu depan sudah harus segera ditetapkan mekanisme pembayaran parkir dengan e-money sehingga diharapkan satu bulan ke depan transaksi sudah menggunakan kartu, bukan koin," kata Sunardi. (m2/bin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Warta Kota
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com