Kata dia, hal itu terjadi karena lahan di TPU Karet Bivak yang terus berubah dari tahun ke tahun. Sugiharto menunjukkan beberapa kertas berisi denah lahan di TPU Karet Bivak dalam jangka beberapa tahun. [Baca: Layanan Pemakaman "Online", Pembenahannya Tetap Manual]
"Ini dulu kan di denah, pada bagian ini belum ada apa-apa. Masih makam. Sekarang sudah dibangun kantor pengelola," ujar Sugiharto di TPU Karet Bivak, Jumat (3/10/2014).
Sugiharto mengatakan, kondisi lahan di TPU Karet Bivak tidak selalu sama selama bertahun-tahun. Bisa saja ada beberapa bagian lahan yang terkena gusur. Bisa juga ada di beberapa bagian yang mengalami pembangunan.
Jika pemakaman online diberlakukan, sistem ini juga harus menyesuaikan dengan kondisi lahan pemakaman di TPU Karet Bivak. Dengan demikian, perubahan-perubahan denah pada program di sistem pemakaman online harus terus diperbarui agar sama dengan kondisi lahan sebenarnya dan akurat.
Sugiharto mengungkapkan besarnya hambatan yang akan dihadapi pengelola untuk menyukseskan sistem pemakaman online. Secara pribadi, Sugiharto mengatakan, urusan seperti ini lebih baik dilakukan secara manual. Sebab, meninggalnya seseorang tidak dapat direncanakan.
Dalam keadaan berduka, jarang ada orang yang mengecek situs dulu untuk melihat ketersediaan lahan. Keluarga pasti akan memilih mendatangi langsung ke TPU untuk mengurus pemakaman. "Memang enaknya bertemu langsung. Ada kedekatan juga, kami timbul empati juga. Pasti kami carikan lahan," ujar Sugiharto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.