Underpass itu berada di jalur arah Cideng menuju Thamrin City. Dua terowongan pada underpass tersebut itu biasa dilintasi kendaraan, baik roda empat maupun roda dua. Berdasarkan pantauan Kompas.com, Selasa (14/10/2014), salah satu sisi pinggir terowongan kedua atau mendekati ujung underpass terlihat rompal.
Bagian tengah di tepi terowongan terlihat kosong, lebih kurang dua meter. Di atas terowongan itu terdapat trotoar tempat lalu lalang pengunjung pasar Tanah Abang.
Jalanan aspal di underpass kini tampak bersih setelah sebelumnya terdapat puing. Namun, puing kecil dari reruntuhan beton masih terlihat di sisi kiri bawah atau di atas trotoar underpass.
Menurut seorang tukang ojek, Beni, tembok itu mendadak runtuh pada Senin (14/10/2014) sekitar pukul 15.00 WIB. Biasanya, menurut dia, pengguna kendaraan ramai pada jam tersebut.
"Untungnya pas runtuh enggak ada kendaraan yang lewat, jadi enggak ada tuh namanya korban. Untung banget," kata Beni, Selasa siang.
Beni mengatakan, kejadian itu sontak menyebabkan pengunjung kawasan Tanah Abang kaget. Kejadian tersebut juga membuat kemacetan panjang dari arah Cideng hingga lokasi kejadian.
Lebih dari satu jam setelah kejadian, kata dia, barulah petugas datang untuk mengangkut puing.
"Iya, sudah macet panjang sejaman lebih, (baru) ada tuh petugas. Kita juga bantu-bantu sedikit doang bisanya," kata tukang ojek lain, Alam.
Menurut mereka, lamanya kedatangan petugas menyebabkan kemacetan pada jam pulang kerja itu sulit terurai. Tukang ojek yang berada di sekitar Tanah Abang pun turun tangan mengatur arus lalu lintas.
Mereka juga tidak mengetahui mengapa tembok itu bisa runtuh. Namun, Beni menduga bahwa benturan dan getaran kendaraan yang melintas di atas underpass itu menyebabkan beton kian lama kian rapuh.
Bahkan, seorang lain, Toni, menyatakan bahwa tembok itu pernah terbentur kendaraan.
"Satu kali truk molen nabrak. Satu lagi truk kontainer yang nabrak kencang. Sudah agak lama sih, tetapi mungkin itu (runtuh) juga karena benturan kencang," ucap Toni.
Menurut Toni, dua terowongan di underpass itu punya ketinggian berbeda. Terowongan pertama lebih tinggi, jika diukur antara ujung terowongan dan permukaan jalan aspal. Sementara itu, terowongan kedua lebih pendek. Akibatnya, para sopir menganggap ketinggian dua terowongan sama saat mereka melintas di underpass.
"Itu beda tinggi. Mereka (sopir) mungkin enggak sadar. Jadi, pas lewat (terowongan) pertama lolos, pas kedua kena," kata dia.
Dia mengatakan, sebuah truk kontainer pernah melaju kencang di underpass dan menabrak tembok yang kini runtuh. Kemungkinan, dia menambahkan, benturan itu membuat tembok retak dan akhirnya kini runtuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.