Di masa kampanye itu, Arsyad diundang masuk dalam grup pro-kontra dua pasangan capres-cawapres. Sebagai pengguna, ia pun menyetujui undangan grup itu. "Grupnya aktif semua penggunanya. Ada banyak grup tapi saya cuma sering sama tiga grup aja," kata dia.
AntiJokowi, JokowiPresidenku, dan PrabowoHatta menjadi tiga grup teraktif yang diikuti Arsyad melalui akun Facebook-nya. Hujatan, saling mem-posting gambar, adu komentar, editan gambar dengan beragam kreasi tumpah di grup-grup itu. Semua perbincangan dalam grup hanya tertuju pada capres-cawapres itu.
Saat ada postingan menarik dan mendapat komentar, Arsyad pun menganggap candaan itu dengan mengambil dan menyimpannya di album foto akun pribadi Arsyad. Kemudian, untuk menarik posting-an lainnya Arsyad kembali mem-posting gambar yang diambilnya ke grup yang sama.
"Pikiran saya anak-anak banget karena belum kerja senang main pas liat posting-an kayak tertantang. Padahal tahu itu mereka saling menghujat bahkan gambar tidak senonoh dimasukin juga di FB," lanjut dia.
Tergiur akan reaksi teman grup, ia pun menjadi sering mem-posting kembali tulisan atau gambar orang. Ia mengaku tidak mengetahui cara mengedit gambar dan tulisan, sehingga hanya dapat mengambil dan mem-posting kembali.
Di grup itu, kata dia, saat ada teman baru bergabung langsung terlontar tulisan seperti 'ada penyundup', 'penyelundup stres', dan lainnya.
"Terjebaknya saya, saya pakai akun asli kalau yang lain akun palsu. Posisi terjebak saya tidak kenal orang-orang di grup itu karena mereka pakai akun palsu, enggak nyadar kalau bakal kejadian gini," tambah dia yang kala itu singgah ke warnet pada malam minggu usai mengikuti majelis taklim.
Imen, sapaan akrab Arsyad di rumah, memang tak paham benar dengan penggunaan sosial media hingga posting-an terakhir Juni 2014 itu. Ia yang awalnya tak ingin terjerat hukum pun kini harus menerima konsekuensinya.
"Sudah kapok enggak mau main Facebook lagi, apalagi ngapain deh. Mending saya fokus kerja," ucap dia.
Pemuda yang sempat dibotaki saat menjadi tahanan ini mengaku bersyukur Presiden RI Joko Widodo telah memaafkan bahkan menerima baik 'Bapak dan Mak' pada Sabtu lalu. Apalagi, Iriana Jokowi, sang ibu negara, turut membantu dengan memberi uang kepada keluarganya.
Bagi Arsyad, tidak ada nilainya uang yang diberikan itu ketimbang pernyataan dimaafkan oleh presiden dan ibu presiden ketujuh RI itu.
"Saya mau minta maaf dan jelasin langsung ke Pak Jokowi, Ibu Iriana dalam hal ini saya sudah berbuat salah. Saya juga mau bilang terima kasih kepada mereka. Kalau berkenan, saya juga mau minta maaf sama Ibu Megawati," kata Arsyad lirih.
Sekarang, Arsyad berkumpul bersama keluarga dengan status penagguhan penahanan dan wajib lapor setiap Senin dan Kamis. Tak hanya itu, dia kini ingin menggunakan waktu sehari-harinya seperti biasa mengantar adik perempuannya pergi sekolah pada pukul 06.00 WIB. Ia pun berniat bekerja kembali membantu Pak Haji, pemilik warung sate tempatnya dia bekerja setiap pukul 10.00-24.00 WIB.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.