Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percepat Normalisasi, Stop Okupasi Sungai

Kompas.com - 21/11/2014, 14:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Banjir luapan Sungai Ciliwung, Kamis (20/11), menunjukkan makin buruknya kawasan hulu di Bogor dan Depok sehingga air hujan tak terserap ke tanah. Sungai Ciliwung tidak mampu menampung limpasan air karena kondisinya buruk.

Okupasi liar masih terjadi di bantaran hingga badan sungai. Ciliwung masih belum bebas dari sampah dan limbah. Situasi ini menunjukkan perlunya ketegasan memberantas okupasi dan mempercepat normalisasi sungai.

Dalam waktu enam jam setelah ketinggian air di Bendung Katulampa, hulu Sungai Ciliwung di Bogor, menyentuh level 190 sentimeter atau Siaga II banjir, aliran sungai ini di Jakarta meluap pada Kamis pukul 01.00. Banjir terjadi hingga Kamis siang, merendam lebih dari 5.000 rumah. Sejumlah ruas jalan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur tergenang, mengakibatkan kemacetan hingga 1 kilometer, seperti di ruas Jalan Abdullah Syafei dan Jalan Jatinegara Barat.

Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga kemarin siang warga yang terdampak banjir sebanyak 20.813 jiwa, tersebar di tujuh kelurahan. Ketinggian air antara 30 sentimeter dan 4 meter.

Sebanyak 1.089 jiwa mengungsi di Kelurahan Rawa Jati di Jakarta Selatan serta di Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Bidaracina di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Pembebasan lahan

Camat Jatinegara Sofyan mengatakan, banjir kali ini tergolong besar jika dibandingkan dengan banjir yang biasa terjadi pada awal musim hujan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi, luapan air diyakini hanya berasal dari limpahan air di hulu. ”Saat banjir datang, di sini (Jatinegara) cuma mendung,” katanya.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Teuku Iskandar menuturkan, sejumlah wilayah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dapat dipastikan terendam banjir apabila debit air melimpah. Hal itu disebabkan kontur wilayah di daerah tersebut memang rendah.

”Apalagi, warga mendiami bantaran sungai yang paling rendah posisinya. Selain itu, juga ada bottleneck karena jalur sungai yang meliuk, ditambah belum selesainya pengerjaan normalisasi Sungai Ciliwung,” ujar Iskandar.

Iskandar menegaskan, agar bencana banjir tidak terus berulang, setidaknya di lokasi yang sama, yaitu di bantaran Ciliwung, pengerjaan normalisasi sungai harus dipercepat. Dengan begitu, rencana awal agar proyek ini selesai pada 2016 bisa tercapai.

”Kami terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar pembebasan lahan bisa segera diselesaikan sehingga pekerjaan fisik bisa segera dilakukan,” tuturnya.

Normalisasi Ciliwung di Jakarta masih dalam proses pembebasan lahan. Saat ini, kata Sofyan, sedang dievaluasi dokumen kepemilikan lahan yang dipegang warga. Setidaknya ada 900 rumah di Jatinegara yang harus dibebaskan. Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan tempat relokasi penghuni bantaran Ciliwung di Rumah Susun Kampung Melayu, Jatinegara Kaum, dan Cipinang Besar Selatan.
Koordinasi ditingkatkan

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, koordinasi penanganan banjir di Jakarta antara Pemprov DKI dan pemerintah pusat kini bisa lebih mudah dilakukan. Dengan demikian, diharapkan banjir di Jakarta cepat ditanggulangi.

”Saya sudah minta izin kepada Menteri Pekerjaan Umum. Kalau ada yang harus segera dikerjakan lebih dulu, seperti tiba-tiba ada saluran jebol, kami tidak perlu lagi menunggu kementerian,” ujar Basuki, kemarin.

Awal pekan depan, Basuki akan memeriksa ulang peralatan banjir sekaligus membenahi koordinasi antarinstansi di jajaran Pemprov DKI yang terkait dengan penanganan banjir.

Dari inspeksi ke sejumlah wilayah rukun warga (RW) rawan banjir, Selasa (18/11), Basuki menemukan banyak persoalan. Misalnya, pompa air yang tidak ada bahan bakar solarnya sehingga sebagian pompa tidak bisa berfungsi. Dia geram karena telah memerintahkan perawatan pompa itu sejak 2013.

Untuk penanganan jangka pendek, Pemprov DKI akan menyelesaikan pemasangan sheet pile di sungai-sungai. Selain itu, alat berat akan dikerahkan untuk mengeruk lumpur dan sampah.

Sementara itu, hingga Kamis sore, kondisi Waduk Pluit di Penjaringan, Jakarta Utara, dinilai aman. Menurut Joko (55), operator di rumah pompa Waduk Pluit, kondisi pompa dan daya tampung waduk saat ini lebih baik daripada saat banjir melanda Jakarta awal tahun 2013.

”Tinggi muka air naik Rabu malam, tetapi pompa-pompa baru dengan cepat menyedot dan membuangnya ke laut. Air dari hulu mengalir lancar,” ujarnya.

Waduk Pluit menjadi muara sejumlah sungai dan saluran, seperti Sungai Opak, Jelakeng, dan Pakin, serta memecah aliran Sungai Ciliwung. Keberadaannya penting untuk mengamankan pusat kota dan beberapa wilayah yang memiliki muka tanah lebih rendah dari permukaan air laut, seperti Pluit dan Penjaringan.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto memastikan dua peleton polisi, yakni sekitar 50 personel, diterjunkan ke daerah banjir. (FRO/BRO/DNA/RTS/MKN/MDN/JAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber KOMPAS
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Megapolitan
Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Megapolitan
Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Megapolitan
Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan 'Food Estate' di Kepulauan Seribu

Pemprov DKI Bakal Libatkan BRIN dalam Pengembangan "Food Estate" di Kepulauan Seribu

Megapolitan
Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Mengenang 9 Tahun Kematian Akseyna, Mahasiswa UI Berkumpul dengan Pakaian Serba Hitam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com