Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

M Taufik: UMP DKI Ditetapkan Rp 2,7 Juta Memang Aneh

Kompas.com - 26/11/2014, 19:30 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta M Taufik berpendapat soal penetapan upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang sebesar Rp 2,7 juta. Dia mempertanyakan karena besaran UMP DKI berbeda dengan daerah-daerah penyangga Jakarta.

"Ya memang agak aneh ya, kenapa ditetapkan Rp 2,7 juta. Maka dari itu, besok kita pertemukan lagi biar bisa dibahas," ujar Taufik, Rabu (26/11/2014). [Baca: M Taufik Ajak Buruh dan Dewan Pengupahan Mendiskusikan Lagi UMP DKI]

Taufik menambahkan bahwa UMP di tempat lain, seperti Bekasi, sudah mendekati angka Rp 3 juta, yakni Rp 2,9 juta. Sedangkan Jakarta yang adalah Ibu Kota malah UMP-nya lebih rendah dari daerah-daerah penyangganya. [Baca: Buruh: Jakarta Sasaran Empuk Investasi, tetapi Gaji Buruhnya Kalah sama Bekasi]

Meski demikian, kader Gerindra itu memahami berbagai pertimbangan yang diambil saat menentukan UMP sebesar Rp 2,7 juta. Salah satu faktor yang menurut Taufik mungkin belum terpikirkan adalah soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi baru-baru ini.

"Mungkin perhitungannya belum termasuk efek kenaikan BBM atau inflasi," kata dia. [Baca: Pak Ahok, Upah Buruh DKI Cuma Naik Rp 60.000!]

Adapun isi orasi dari buruh yang berdemo tidak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Taufik. Buruh menyayangkan dan mengaku malu dengan UMP DKI yang masih di bawah daerah-daerah di sekitarnya.

"Kami tuntut naik jadi Rp 3,2 juta, masa segini-segini saja? Jakarta sasaran empuk investasi, tetapi gaji buruhnya kalah sama Bekasi," teriak salah satu orator.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Megapolitan
Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Megapolitan
Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com