Pengamatan Kompas.com, Selasa (2/12/2014), proyek di samping Kompleks Mutiara Kedoya tersebut seperti terbengkalai. Hanya ada police line mengitari lokasi proyek tersebut.
Back hoe (pengeruk pasir) berwarna oranye terlihat teronggok di luar gerbang tersebut. Batako-batako untuk jalan aspal pun terlihat terbengkalai begitu saja. Ada kembang merah bertebaran di "genangan" tersebut.
Menurut salah seorang warga yang sedang memancing di empang dekat galian proyek, pekerja sudah tidak kelihatan semenjak terjadi peristiwa tenggelamnya empat anak di galian itu pada Minggu (2/12/2014).
"Sudah enggak pernah lagi saya lihat pekerja proyek di situ (lokasi proyek). Pada ngumpet kali, takut. Gerbang tempat lalu lalangnya aja sekarang digembok," kata Husin (42).
Gultom (45), warga lainnya, menuturkan, di proyek tersebut tidak terdapat plang sehingga warga tidak mengetahui dengan jelas apa yang sedang dilakukan para pekerja itu.
"Yang buat kami kecewa dari awal, proyek ini enggak jelas proyek apa. Enggak ada plang namanya. Kalau proyek bener kan pasti ada plang nama yang menjelaskan proyek apa, selesai tahun berapa, dikerjakan siapa. Dulu juga kita sempat tanya ke para pekerja (proyek), tapi mereka bilang nanti bilang ke atas mulu," jelasnya.
Lurah Kedoya Selatan Nuraini Silviana menjelaskan, proyek tersebut memang proyek normalisasi kali di bawah PU Jakarta Barat.
"Memang itu proyek normalisasi kali, warga juga saya rasa sudah semua tahu karena proyek itu kan sudah lama," jelasnya.
Disinggung mengenai plang, Nuraini menjelaskan, plang memang tidak berada di lokasi karena proyek tersebut ialah proyek lanjutan dari belakang gedung Metro TV. "Kalau enggak percaya lihat saja di situ ada plangnya, kok," ucapnya.
Menurut Nuraini, proyek tersebut terkendala karena sebagian warga RW 05 Kelurahan Kedoya Selatan yang nantinya terkena imbas proyek belum menerima kesepakatan masalah pembebasan lahan. Proyek tersebut rencananya selesai pada akhir 2015 atau awal 2016.
Ketika ditanya mengenai terhentinya proyek tersebut, Nuraini mengaku tidak tahu. "Duh, saya enggak tau ya kenapa berhenti. Mungkin karena ada police line," katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, polisi masih melacak perusahaan yang bertanggung jawab atas sodetan tersebut. Begitu diketahui, penanggung jawab itu akan dipanggil dan diperiksa.
Salah satu yang akan dimintai pertanggungjawaban, sebut Rikwanto, adalah prosedur pengamanan proyek itu. Terlebih lagi, proyek itu ditinggalkan tanpa penjaga dan pagar pembatas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.