Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Siswa Sambut Gembira Dihentikannya Kurikulum 2013

Kompas.com - 07/12/2014, 09:06 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Orangtua murid menyambut gembira dihentikannya Kurikulum 2013 oleh Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemenbuddikdasmen). Mereka mengapresiasi langkah Menbuddikdasmen Anies Baswedan.

Dian Warastuti, orangtua siswa SMP Muhammadiyah 22 Pamulang, menyebut keputusan itu tindakan yang bagus dan bijaksana. Sebab, kentara sekali masih banyak sekolah yang belum siap melaksanakan, terutama guru masih harus dilatih dan dibiasakan terlebih dulu.

Dian juga menyebutkan, seperti halnya guru dan siswa, orangtua juga perlu disosialisasikan kurikulum melalui sekolah-sekolah masing-masing.

"Penerapan kurikulum baru seperti apa, sebab banyak konten yang pengajarannya melibatkan orangtua di rumah," kata Dian kepada Warta Kota, Sabtu (6/12/2014).

Dian mengatakan, dirinya mengapresiasi langkah yang diambil pemerintah pusat. Baginya, sebagai orangtua, setiap pembelajaran di sekolah dengan cara dan metode yang baru, perlu adanya sosialisasi agar orangtua tidak bingung.

Hal senada dikatakan Yuli, orangtua siswa kelas 2 SD Ragunan 04 Petang. Yuli  merasa bingung mengajari anaknya di rumah.

"Bingung karena belajar zaman dulu enggak sama dengan sekarang, sekarang sudah enggak ada lagi pelajaran, semuanya di satu buku, anaknya nggak tahu bisa atau enggak," kata Yuli.

Yuli mengatakan, lebih baik kembali ke kurikulum lama atau kurikulum 2006. Menurut Yuli, anak-anak dan orangtua lebih terbiasa menggunakan kurikulum tersebut dibanding dengan kurikulum 2013 yang begitu banyak materi.

"Saya senang sih kalau (kurikulum 2013) dihentikan. Saya juga bisa mengajari anak per mata pelajaran kalau sekarang bingung ngajarinnya," kata Yuli.

Tidak hanya itu, Prasetyo, orangtua siswa kelas 1 SD di Jakarta Selatan selama ini merasa kasihan pada putranya lantaran tidak bisa menangkap materi pelajaran dengan baik.

"Anak saya itu sebenarnya daya tangkapnya lama, kalau semuanya dipukul rata materi banyak harus selesai, kasian dia," kata Prasetyo.

Prasetyo menyebutkan, kemampuan anak satu dengan lainnya itu tidak sama, karenanya, merupakan langkah yang baik jika pemerintah memilih menghentikan kurikulum tersebut dan melakukan evaluasi. (Agustin Setyo Wardani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com